Ankara (ANTARA) - Forum Ekonomi Dunia (WEF) pada Selasa (17/1) waktu setempat meluncurkan inisiatif untuk membuka pendanaan 3 triliun dolar AS (sekitar Rp45,51 kuadriliun) yang dibutuhkan setiap tahun untuk mengatasi perubahan iklim dan kerusakan alam.
Inisiatif yang dinamai The Giving to Amplify Earth Action (GAEA) itu didukung oleh lebih dari 45 mitra dari kalangan dermawan, lembaga publik, dan sektor swasta, kata WEF dalam pernyataan.
WEF menyatakan krisis energi dan kesulitan biaya hidup yang saat ini terjadi menunjukkan bahwa ambisi untuk mencegah suhu bumi naik menjadi 1,5 derajat Celsius belum menemui kejelasan.
“Pendanaan saat ini lambat dan tidak mencukupi sehingga diperlukan pendekatan baru untuk mengalirkan modal,” kata WEF dalam siaran pers.
Baca juga: Usung "Forest City" IKN Nusantara siap hadapi tantangan perubahan iklim
Baca juga: Mapala UI serukan gerakan pariwisata dan pendakian ramah lingkungan
Dalam pernyataan itu, juga disebut bahwa pemberian dari kalangan filantropis dapat mengatasi masalah pendanaan itu.
“Kita berada di titik kritis dalam upaya kita untuk mengembalikan planet ini ke jalurnya demi memenuhi ambisi iklim kita,” kata pendiri sekaligus ketua eksekutif WEF, Klaus Schwab.
“Untuk mencapai kecepatan dan skala yang dibutuhkan untuk memulihkan bumi, kita perlu membuka (pendanaan) tidak hanya dari modal swasta dan dana pemerintah, tetapi juga kalangan filantropi sebagai kekuatan untuk mencapai percepatan yang diperlukan.”
Baca juga: KLHK soroti perlunya aksi turunkan emisi gas rumah kaca di tingkat tapak
Meskipun pendanaan untuk mengatasi perubahan iklim dari kalangan filantropis meningkat dalam beberapa tahun terakhir, jumlah keseluruhan dana yang dikumpulkan pada 2021 mencapai 810 miliar dolar AS (sekitar Rp12,28) pada 2021.
Tetapi, tetapi hanya dua persen dari jumlah itu yang digunakan dalam upaya untuk mengurangi emisi.
Sumber: Anadolu
WEF luncurkan inisiatif buka pendanaan Rp45 kuadriliun untuk atasi perubahan iklim
Rabu, 18 Januari 2023 11:27 WIB
Pendanaan saat ini lambat dan tidak mencukupi sehingga diperlukan pendekatan baru untuk mengalirkan modal.