New York (ANTARA) - Dolar naik ke tertinggi baru 20 tahun pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), dan euro jatuh ke level terendah baru dua dekade karena kenaikan harga energi memberikan bayangan panjang atas ekonomi zona euro tetapi mendukung daya tarik mata uang safe-haven AS.
Dolar dan euro sedikit berubah setelah rilis risalah dari pertemuan Federal Reserve pada Juni, ketika bank sentral AS menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin dalam upaya untuk menahan inflasi.
Sebelumnya, indeks dolar, yang melacak greenback terhadap enam mata uang lainnya, melesat di atas 107 sementara euro jatuh di bawah 1,02 dolar, kedua level terakhir terlihat pada Desember 2002. Indeks dolar telah naik 12 persen tahun ini dan ditetapkan untuk tahun terbaik sejak 2014.
Dolar telah menguat karena harga energi tinggi dan Federal Reserve telah menaikkan suku bunga lebih cepat daripada kebanyakan bank-bank sentral lainnya, kata Shahab Jalinoos, kepala strategi perdagangan makro global di Credit Suisse.
"Anda memiliki faktor makro tradisional yang mendorong kekuatan dolar saat ini daripada langkah yang merugikan risiko," ujarnya.
Amerika Serikat adalah pengekspor energi bersih, sementara Jerman mengalami defisit perdagangan untuk pertama kalinya sejak 1991, katanya.
"Suku bunga tinggi di AS dan pergeseran perdagangan yang bermanfaat bagi AS menambah keberlanjutan kekuatan dolar," tambah Jalinoos.
Indeks dolar naik 0,498 persen menjadi 107,04, dengan euro turun 0,8 persen menjadi 1,0184 dolar. Indeks mencapai tertinggi 107,27 dan euro tergelincir 1,0 persen ke level terendah 1,063 dolar di awal sesi.
Goldman Sachs menaikkan perkiraan harga gas alamnya, dengan mengatakan bahwa pemulihan total aliran gas Rusia melalui Nordstream 1 bukan lagi skenario yang paling mungkin.
Semua ladang minyak dan gas yang terkena dampak pemogokan di sektor perminyakan Norwegia diperkirakan akan kembali beroperasi penuh dalam beberapa hari, kata Equinor, Rabu (6/7/2022).
Baca juga: Rupiah melemah seiring turunnya imbal hasil obligasi AS
Baca juga: Dolar menguat didorong permintaan mata uang aman
Baca juga: Euro melemah dan dolar menguat setelah Powell tegaskan kembali sikap "hawkish"
Para analis memperkirakan kebangkitan cepat harga minyak karena ketatnya pasokan berlanjut dan karena spread bulan depan telah bertahan meskipun harga turun pada Selasa (5/7/2022).
"Bukan hanya ancaman tidak terkirim (gas) yang membebani euro," kata Moritz Paysen, penasihat valas dan suku bunga di Berenberg.
"Biaya energi yang sudah tinggi menjadi beban. Biaya energi di Eropa berkali-kali lipat lebih tinggi daripada di AS," tambah Paysen.
Perbedaan antara siklus pengetatan bank sentral di seluruh Atlantik tetap menjadi fokus investor.
Euro turun ke level terendah terhadap franc Swiss sejak bank sentral Swiss (SNB) meninggalkan batas mata uangnya pada tahun 2015.
Mata uang tunggal turun 0,6 persen ke level terendah baru tujuh tahun di 0,9879.
Yen memperoleh sedikit dukungan dari beberapa tawaran keamanan setelah ekspektasi inflasi rumah tangga Jepang menguat dalam tiga bulan hingga Juni, dengan rasio yang memperkirakan kenaikan harga selama tahun mendatang mencapai level tertinggi dalam 14 tahun.
Yen Jepang melemah 0,03 persen menjadi 135,92 per dolar.
Bank sentral Jepang telah mengatakan tidak akan menarik stimulus moneter karena inflasi akibat melonjaknya biaya bahan bakar dan bahan mentah yang dipersalahkan pada invasi Rusia ke Ukraina, kemungkinan akan terbukti sementara.
Di pasar uang kripto, Bitcoin terakhir naik 1,2 persen menjadi 20.409,69 dolar AS.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dolar naik, euro jatuh karena harga energi dorong perubahan mata uang
Dolar naik dan euro jatuh karena kenaikan harga energi pengaruhi mata uang
Kamis, 7 Juli 2022 6:47 WIB