Jakarta (ANTARA) - Sepanjang tahun 2024 ini lebih dari 5,6 juta rakyat Indonesia menderita karena bencana banjir, tanah longsor, angin puting beliung, gempa bumi, kebakaran lahan, dan gunung meletus hingga pergerakan tanah.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan setidaknya selama periode 1 Januari – 15 Desember 2024 ada sebanyak 1.942 kali peristiwa bencana alam yang melanda hampir ke seluruh penjuru negeri. Teridentifikasi total ada sebanyak 469 orang meninggal dunia, 58 orang dinyatakan hilang dan 1.157 orang harus mendapatkan perawatan medis akibat luka yang di deritanya. Lebih dari 61.554 unit rumah warga rusak dan 10.821 unit rumah di antaranya rusak berat, bahkan ada yang rata dengan tanah.
Berbagai fasilitas publik rusak, seperti rumah ibadah 387 unit, sentra pelayanan kesehatan 47 unit (rumah sakit, puskesmas, posyandu dan sebagainya), 515 unit gedung sekolah dan lebih dari 100 kilometer infrastruktur jalan hingga ribuan unit jembatan.
Sebanyak 5.547 warga di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, mengawali kehidupan di awal tahun 2024 dengan cobaan yang berat, tinggal di pengungsian akibat meletusnya Gunung Lewotobi Laki-Laki belum lama setelah memunajatkan doa syukur dalam acara perayaan pergantian tahun, pada 23 Januari 2024. Empat warga meninggal dunia.
Pada 4 November 2024 atau sembilan bulan berlalu setelah warga sudah kembali ke rumahnya masing-masing, mereka dikejutkan lagi oleh erupsi fase kedua yang jauh lebih besar. Kali ini gunung kembar tersebut juga melontarkan bebatuan panas dengan kobaran api yang menghujani permukiman warga di sekitarnya.
Kabupaten Demak dan Kudus di Jawa Tengah lumpuh total dihantam banjir pada 5 Februari 2024. Banjir merusak 26.998 hektare sawah hingga petani daerah itu mengalami gagal panen, 4 ribu rumah terendam dan memaksa sebanyak 71 ribu orang dievakuasi ke tempat pengungsian lebih dari tiga pekan lamanya.
Bencana tanah longsor di Jalan Poros Desa Bonglo-Palopo, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, terjadi setelah hujan dengan intensitas tinggi, sehingga meruntuhkan segmen tebing dengan struktur tanah yang labil pada 26 Februari 2024. Sebanyak 24 orang terdampak atas peristiwa itu, 19 orang di antaranya berhasil menyelamatkan diri meski mengalami luka-luka. Lima orang lainnya dinyatakan meninggal dunia, bahkan dari lima orang yang meninggal dunia itu baru satu jasad yang berhasil ditemukan, selebihnya masih tertimbun di bawah material tanah sedalam 100 meter itu hingga saat ini.
Bencana angin puting beliung terjadi di Kabupaten Bandung dan Sumedang, Jawa Barat, 21 Februari 2024.
Publik kembali dikejutkan dimana sebanyak 12 ribu orang warga Tagulandang, Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara harus dievakuasi akibat erupsi fase ke dua Gunung Ruang.
Bergeser ke bulan Mei, di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan terjadi banjir dan tanah longsor dengan seketika memorak-porandakan “Bumi Sawerigading” ini saat para warganya sedang terlelap tidur, menewasskan 13 orang. Banjir merendam 3.268 rumah, menghanyutkan 211 rumah, dan empat jembatan, merusak empat ruas jalan penghubung, merobohkan talut sungai sepanjang 50 meter dengan kondisi rusak berat itu melanda 56 desa di 12 kecamatan yakni, Latimojong, Suli, Suli Barat, Ponrang Selatan, Ponrang, Bupon, Larompong, Larompong Selatan, Bajo, Bajo Barat, Kamanre, Belopa, dan Kecamatan Belopa Utara.
Sepekan berlalu, ada lebih dari 400 orang warga di Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara, dievakuasi setelah Gunung Ibu meletus untuk fase kedua kalinya Sabtu, 18 Mei 2024 malam.
Pada medio bulan Juni-September sebagian wilayah Indonesia kekeringan setelah puluhan hari tidak diguyur hujan.
Pada awal bulan Juli, terjadi tanah longsor di areal tambang emas rakyat Desa Tulabolo Timur, Suwawa Timur, Bone Bolango, Gorontalo, 23 orang meninggal dunia dan 85 orang mengalami luka-luka mereka adalah penambang dan beberapa anggota keluarganya yang saat longsor berada di sekitar areal tambang.
Kejadian bencana kemudian berlanjut dengan banjir bandang membawa material lumpur tanah, pasir, dan batu dari Gunung Gamalama melanda Kecamatan Rua, Ternate, Maluku Utara. Sebanyak 18 orang meninggal dunia dalam bencana yang terjadi pada Minggu 25 Agustus 2024.
Pada bulan September, sebanyak 45.325 warga terdampak bencana gempa bumi berkekuatan 5.0 magnitudo di delapan kecamatan. Satu orang meninggal dunia dan sebanyak 9.229 orang di antaranya mengungsi menempati tenda pengungsian.
Pada Oktober, lebih dari 30 kali gempa berskala kecil-sedang terjadi di sejumlah daerah, lalu banjir karena hujan berintensitas deras di sebagian daerah di Pulau Sumatera (Aceh, Jambi, Lampung), Jawa (Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta), Kalimantan (Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Utara). Pada saat ini juga ada serangkaian aktivitas pemadaman kebakaran lahan mineral yang dilakukan dengan luas lahan terbakar rata-rata puluhan hektare di Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan kebakaran di tempat pembuangan akhir sampah (TPA) di Bali – Nusa Tenggara Barat.
Di bulan November - awal Desember bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor dan pergerakan tanah yang mendominasi, khususnya wilayah Sumatera Utara dan Jawa Barat. Sebanyak 16 orang korban meninggal dunia dan tujuh orang dinyatakan hilang atas bencana banjir disertai tanah longsor di Provinsi Sumatera Utara. Jumlah korban tersebut tersebar di Kabupaten Padang Lawas, Tapanuli Selatan, Karo, dan Deli Serdang yang dilanda bencana banjir dan longsor secara beruntun pada Sabtu, 22 November 2024.
Terakhir bencana banjir, tanah longsor, dan pergerakan tanah melanda Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat pada 3-4 Desember itu mengakibatkan 20.629 orang warga terdampak dan 476 orang di antaranya terpaksa mengungsi karena rumah dan lingkungan tempat tinggal mereka rusak.
Baca juga: Ada 261 jiwa korban pergerakan tanah di Lebak masih tinggal di pengungsian
Baca juga: Pemkab Cianjur perpanjang masa tanggap darurat bencana di 15 kecamatan satu pekan ke depan