Hong Kong (ANTARA) - Pemimpin Hong Kong Carrie Lam pada Rabu (9/3) mengumumkan rangkaian langkah yang menyasar warga lansia .
Langkah-langkah itu diambil sebab lonjakan infeksi COVID-19 melanda rumah perawatan dengan kematian meningkat dengan cepat di kalangan lansia yang sebagian besar belum divaksin.
Pemerintah akan memperkuat perawatan medis dan sumber daya dan mendirikan lebih banyak isolasi dan fasilitas perawatan sementara bagi pasien COVID-19 lansia, kata Lam saat konferensi pers.
Pernyataannya muncul setelah pejabat tinggi China mengatakan Hong Kong harus memprioritaskan penurunan infeksi, penyakit parah, dan kematian.
Infeksi di pusat keuangan global itu telah melonjak ke angka tertinggi hingga lebih dari 500.000 kasus dan lebih dari 2.500 kematian, terbanyak dalam dua minggu terakhir.
Kota itu mengalami kematian terbanyak secara global per satu juta orang dalam sepekan hingga 7 Maret, menurut publikasi Our World in Data.
Lam yang berbicara kepada media untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua pekan, mengatakan ia akan mengadakan konferensi pers harian untuk memberikan rincian progres kota itu dalam melawan COVID-19 dan mengklarifikasi rumor atau kesalahpahaman.
Penduduk di wilayah yang dikendalikan China itu telah kebingungan dan frustrasi atas pesan yang berlawanan dari pemerintah dalam dua pekan terakhir terkait kampanyenya melawan virus tersebut, termasuk rencana untuk tes masal dan apakah penguncian atau lockdown di seluruh kota akan diberlakukan.
China dan Hong Kong telah mengadopsi strategi dynamic zero yang meliputi pembasmian infeksi dengan langkah-langkah mitigasi ketat ketimbang pendekatan yang diadopsi di sejumlah tempat lain yang bertumpu pada tingkat vaksinasi tinggi dan mitigasi moderat, seperti memakai masker untuk “hidup berdampingan dengan COVID”.
Varian Omicron yang cepat menular sudah menguji kedua strategi itu, namun Hong Kong saat ini menerima konsekuensi dari tingkat vaksinasi yang cenderung rendah, terutama di kalangan lansia sebagaimana virus itu merebak di masyarakat.
Ahli medis dari Universitas Hong Kong sudah memperkirakan bahwa pada akhir April, jumlah orang yang terinfeksi di kota itu yang berpenduduk 7,4 juta orang itu dapat mencapai 4,3 juta orang dengan 5.000 angka kematian.
Rumah sakit, pusat isolasi dan rumah duka Hong Kong penuh, sementara transportasi umum, mal, layanan pos, swalayan, dan apotek tengah berjuang akibat krisis tenaga kerja yang parah.
Harga makanan melonjak dan rak-rak swalayan sudah kosong setiap hari dalam seminggu karena para pembeli panik berbelanja di tengah kekhawatiran akan penguncian.
Sumber: Reuters