Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis saraf RSUI, Dinda Diafiri menyarankan Anda tidak mengonsumsi makanan dan minuman tinggi kalori serta gula berlebihan seperti opor, rendang, es cendol dan es boba saat Lebaran karena bisa memincu terjadinya hipertensi dan stroke.
Di sisi lain, berkurangnya aktivitas fisik saat Lebaran, serta lupa minum obat juga dapat memicu kedua penyakit itu.
Oleh karena itu, Dinda, melalui siaran pers RSUI, dikutip Jumat, menyarankan Anda tak abai pada jenis asupan makanan dan minuman berlebihan, aktivitas fisik, serta minum obat secara teratur sesuai dengan petunjuk dokter.
Baca juga: Tim Pengabdian Masyarakat FIK UI kolaborasi optimalkan Program Indonesia Sehat
Stroke di Indonesia masih menjadi pembunuh dan penyebab kecacatan nomor satu untuk penyakit tidak menular sejak tahun 2014 hingga saat ini.
Untuk mengenali tanda stroke, Anda bisa berpegang pada slogan Kementerian Kesehatan SeGeRa Ke RS yang merupakan akronim dari Senyum tidak simetris (mencong ke satu sisi), tersedak, sulit menelan air minum secara tiba-tiba; Gerak separuh anggota tubuh melemah tiba-tiba.
Kemudian, Bicara pelo/tiba-tiba tidak dapat bicara/ tidak mengerti kata-kata/ bicara tidak nyambung; Kebas atau baal, atau kesemutan separuh tubuh; Rabun, pandangan satu mata kabur, terjadi tiba-tiba; Sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan tidak pernah dirasakan sebelumnya, gangguan fungsi keseimbangan, seperti terasa berputar, gerakan sulit dikoordinasi (tremor/gemetar/sempoyongan).
Baca juga: FKM UI berikan edukasi penanganan penderita hipertensi warga Depok
Jika mengalami gejala-gejala tersebut, pasien harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan, karena setiap detiknya sangatlah berharga. Stroke memiliki periode emas yaitu 4,5 jam, jika dalam periode emas itu dapat segera ditangani, risiko kematian dan kecacatan stroke dapat diturunkan. Jangan menunda ke rumah sakit dengan harapan gejala akan mengalami perbaikan dengan sendirinya," kata Dinda.
Dia menuturkan, orang dengan stroke harus segera dibawa ke rumah sakit demi bisa menyelamatkan bagian otak yang belum mengalami kematian sehingga dapat mencegah kematian jaringan yang terlalu luas.
Terkait penanganan lain stroke seperti tusuk jarum pada telinga, jari tangan, atau jari kaki saat mengalami gejala stroke, Dinda menegaskan hal ini tidaklah benar.
Baca juga: Dedie ajak masyarakat jaga pola hidup dan cek darah rutin cegah hipertensi
Stroke terjadi karena adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak, bukan pada pembuluh darah tepi anggota tubuh lainnya. Melakukan tusuk jarum pada anggota tubuh berisiko infeksi bila jarum tidak steril. Seseorang memiliki gejala stroke harus segera dibawa ke rumah sakit," demikian tutur Dinda.
Awas, makanan tinggi kalori saat Lebaran bisa picu hipertensi dan stroke
Jumat, 7 Mei 2021 10:39 WIB
Stroke di Indonesia masih menjadi pembunuh dan penyebab kecacatan nomor satu untuk penyakit tidak menular sejak tahun 2014 hingga saat ini.