Jakarta, 10/3 (ANTARA) - Wali Kota Kesennuma Jepang Shigeru Sugawara menyatakan, alat musik tradisional angklung yang disumbangkan Indonesia dan telah dimainkan murid-murid sekolah kota itu menjadi penyemangat untuk bangkit pascastunami di negara tersebut.
"Kata-kata hiburan dan dukungan dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Yudhoyono pada saat kunjungannya memberikan harapan bagi kami untuk bangkit kembali," katanya seperti disampaikan Sekretaris III Kedubes Indonesia untuk Jepang Dini Apliana saat menghubungi ANTARA dari Tokyo, Sabtu.
Dini Apliana menjelaskan bahwa pernyataan itu disampaikan pada renungan setahun bencana gempa dan tsunami di Jepang yang bertema "Great East Japan Earthquake".
Bencana gempa dan tsunami melanda Jepang pada 11 Maret 2011.
Dalam pernyataan wali kota Kesennuma yang disampaikan Senior Regional Coordinator, Second Southeast Asia Division, Kementerian Luar Negeri Jepang Yoshiharu Kato, disebutkan bahwa mereka sangat terkesan oleh perhatian dan bantuan Indonesia saat bencana gempa dan tsunami, terutama yang ditunjukkan oleh Presiden RI dan Ibu Ani pada
kunjungannya ke Kesennuma, Prefektur Miyagi, bulan Juni 2011.
"Saya ingin sekali memberikan cinderamata kepada bapak Presiden RI sewaktu beliau berkunjung ke sini, tapi perekonomian dan pabrik-pabrik masih lumpuh saat itu," kata Shigeru Sugawara.
"Setelah proses rekontruksi selesai dan ekonomi telah membaik, saya ingin sekali berkunjung ke Indonesia untuk bertemu dan memberikan cinderamata khas Kesennuma kepada Presiden Yudhoyono, sekaligus berkunjung ke Aceh yang dulu juga pernah tertimpa tsunami," tambahnya.
Kota Kesennuma yang terletak di Prefektur Miyagi, timur laut Jepang, memiliki luas 333,37 km2 dan dihuni oleh sekitar 75.700
penduduk.
Kesennuma terletak cukup dekat dengan pusat gempa yang mengakibatkan tsunami pada 11 Maret 2011.
Sementara itu, Senior Regional Coordinator, Second Southeast Asia Division, Kementerian Luar Negeri Jepang Yoshiharu Kato menyampaikan apresiasi kepada Indonesia atas solidaritas dan dukungan yang diberikan di masa-masa sulit Jepang.
"Di saat perwakilan asing pindah keluar Tokyo pascabencana 11 Maret 2011, Indonesia tidak melakukannya dan tetap berada di Tokyo. Hal itu adalah bentuk solidaritas dan dukungan Indonesia yang tidak akan pernah dilupakan oleh kami bangsa Jepang," katanya.
Acara renungan setahun bencana gempa dan tsunami yang digagas KBRI Tokyo dan diikuti pejabat Kemenlu Jepang, mahasiswa dan tokoh masyarakat Indonesia, masyarakat Jepang pecinta Indonesia serta berbagai pihak yang berperan dalam membantu KBRI melindungi dan menyelamatkan WNI dari tempat bencana itu dibuka oleh Dubes Indonesia untuk Jepang Muhammad Lutfi.
Dubes mengapresiasi langkah-langkah yang dilakukan oleh tim penyelamat KBRI, perwakilan perusahaan dan lembaga RI di Jepang, mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam PPI Jepang serta seluruh masyarakat Indonesia di Jepang, yang telah secara sukarela membantu meringankan tugas KBRI Tokyo untuk melindungi WNI di daerah bencana.
Ia juga menegaskan bahwa dari bencana tersebut, Indonesia dapat belajar semangat "Gambaru" dari masyarakat Jepang yaitu semangat tabah untuk berdiri kembali setelah bencana.
"Dapat dikatakan bahwa kalau ada negara di dunia ini yang mampu bangkit dan tumbuh lebih kuat setelah hancur dilanda bencana, itulah Jepang," demikian Muhammad Lutfi.