Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia Tandjung menilai pemberian gelar pahlawan nasional ke Presiden kedua RI Soeharto sangat pantas dan mendukung gelar tersebut.
"Presiden Soeharto tidak memiliki kendala apapun untuk ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional," kata Doli melalui keterangannya diterima, Jumat.
Doli menegaskan terkait adanya ganjalan berupa Ketetapan atau Tap MPR Nomor 11 Tahun 1998 terhadap Soeharto sudah dicabut pada September tahun lalu.
Doli melanjutkan pencabutan itu juga mendapat persetujuan dari seluruh fraksi di MPR, dan juga mendengar pandangan keluarga presiden lainnya.
"Jadi secara hukum Presiden Soeharto tidak memiliki kendala apapun," ungkap Doli lagi.
Baca juga: Presiden RI setujui lima tokoh ini dianugerahi gelar Pahlawan Nasional
Doli juga menuturkan bahwa Presiden Soeharto memiliki segudang prestasi dan diakui oleh dunia selama memimpin Indonesia 32 tahun.
"Dunia mengakui prestasi beliau, sehingga tak ada alasan bagi kita untuk menafikannya," tuturnya.
Doli menyebutkan beberapa prestasi penting yang dilakukan Presiden Soeharto ketika memimpin antara lain: Pertama, Swasembada Pangan 1984, dimana Pak Harto mendapat pengakuan dan kehormatan untuk berpidato dalam Konferensi ke-23 Food and Agriculture Organization (FAO) di Roma, November 1985.
Kedua, Pak Harto lekat dengan julukan sebagai Bapak Pembangunan.
"Prestasi pembangunan yang telah ditorehkan Presiden Soeharto telah secara nyata mengarahkan Indonesia untuk melaju dalam track terwujudnya tinggal landas dalam dua tahap pembangunan jangka panjang," tutur Doli.
Lalu lanjut Doli, ketiga, kurs Dolar AS terkendali dan pertumbuhan ekonomi tinggi.
Baca juga: Mensos jelaskan alur pengusulan Presiden ke-2 RI Soeharto jadi pahlawan nasional
Kisaran nilai tukar USD terhadap rupiah hanya Rp378 pada tahun 1971 hingga Rp2,500 di 1997.
"Sementara rata-rata pertumbuhan ekonomi selama Orba di kisaran 7,2 persen per tahun kala itu," ulas Doli.
Lalu prestasi keempat, Indonesia menjadi negara penting di ASEAN, dan negara pertama di Asia Tenggara yang berhasil meluncurkan Satelit, yaitu Satelit Palapa A1, 8 Juli 1976.
Kelima, ratifikasi Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) di tahun 1982 dalam perjanjian United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS).
Di mana kata Doli, Itu merupakan prestasi diplomasi penting yang membuat seluruh laut di antara pulau-pulau di Nusantara menjadi milik kita.
"Terkait dengan adanya kesalahan Presiden Soeharto selama memimpin, itu merupakan catatan sejarah yang harus menjadi pelajaran bagi generasi mendatang," katanya.
"Tidak ada manusia yang sempurna, begitu juga berlaku bagi mantan presiden lainnya,"
Meski begitu, lanjut Doli tidak seharusnya hal tersebut meminggirkan semua capaian beliau selama 32 tahun. Bangsa yang besar adalah yang menghargai jasa para pemimpinnya.
"Dalam hal ini, Pak Harto adalah pemimpin yang kinerjanya diakui tidak hanya di dalam negeri bahkan juga di kawasan dan dunia," ungkapnya.
Golkar dukung gelar Pahlawan Nasional Presiden kedua RI Soeharto
Jumat, 25 April 2025 21:03 WIB

Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia di kompleks parlemen, Jakarta, Kamis (24/4/2025). ANTARA/Bagus Ahmad Rizaldi