Bogor, (Antaranews Bogor) - Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto melepas 108 taruna Sekolah Tinggi Penyuluh Perikanan (STP) ke sejumlah Pos Pemberdayaan Keluarga atau Posdaya dalam kegiatan praktik lapangan di wilayah Bogor kota maupun kabupaten.
"Saya senang kegiatan yang melibatkan anak muda, karena bicara anak muda bicara masa depan. Beda bicara dengan orang tua bicaranya masa lalu," kata Bima, Rabu.
Bima mengatakan, ada satu kata kunci yang terkesan klise dalam menjalankan aktivitas, yakni kolaborasi. Dulu orang menyebutnya dengan gotong-royong, kebersamaan dan ada juga yang mengatakan sinergi.
Menurut Bima, kolaborasi dapat membantu kita dalam menyelesaian permasalahan yang dihadapi. Seperti masalah yang dihadapi di Kota Bogor terkait kemacetan dan lingkungan.
"Saya berkolaborasi dengan Pak Ahok menyanyakan apa betul DKI akan menyalurkan dana Rp100 miliar bagi Kota Bogor. Beliau jawab betul, asal dana digunakan benar-benar untuk menyelesaikan permasalahan di daerah mitra Jakarta," kata Bima.
Mengenai tugas penyuluh, kata Bima, kolaborasi menjadi kunci bagi penyuluh dalam menjalankan tugasnya. Terlebih lagi berada di suatu Posdaya satu desa melibatkan sejumlah orang yang terdapat banyak kegiatan.
Peran penyuluh seperti taruna STP sangat dibutuhkan kontribusi positifnya, membangun konsep luar biasa dalam pembangunan masyarakat yang berkarakter.
"Kita ini kaya cuma tidak punya strategi yang tepat mengolahnya. Setiap orang punya potensi tapi tidak tahu minat dimana, alhasil salah memilih jurusan, bahkan salah memilih jodoh," kata Bima.
Minimnya sumber daya tersebut dikaitkan dengan jumlah doktor di Indonesia yang cuma lima persen dari 225 juta penduduknya. Dan kebanyakan doktor tersebut dijurusan sosial politik yang lebih banyak bicaranya.
Menurut Bima, Indonesia membutuhkan doktor di bidang perikanan, maritim, geologi karena di sektor tersebut kekayaan yang dimiliki Tanah Air. Seperti Tiongkok yang berkuasa di sektor industri, dan India yang unggul di bidang teknologi informasi banyak memiliki doktor di bidang tersebut.
"Saat ini kita sudah memiliki harapan yang baik di era pemerintahan baru ini. Bidang kelautan menjadi perhatian serius. Tapi jangan dibahas tatonya buk menteri, merokoknya. Tapi kita beri kesempatan untuk membuktikan upayanya membangun kelautan dan perikanan. Bukan berarti saya menganjurkan bertato ya," kata Bima yang disambut gelak tawa.
Besarnya potensi sektor kelautan dan perikanan, lanjut Bima, memerlukan peran serta para penyuluh. Bima berharap 108 taruna STP dapat berkontribusi dalam meningkatkan pembangunan di sektor tersebut.
"Kunci lainnya adalah komunikasi, sebaik apapun program yang kita miliki kalau kita tidak menguasai komunikasi maka akan berantakan jadinya bila penyampaiannya kepada masyarakat kurang tepat," ujar Bima.
Sementara itu, Deputi Bidang Kewirusahaan Yayasan Damandiri, M Nazwar mengatakan, program kerja sama antara STP dan Yayasan Damandiri telah rencanankan cukup lama dengan tujuan melahirkan penyuluh-penyuluh relawan dari kalangan masyarakat.
"Program ini salah satu upaya kita untuk memperbanyak jumlah penyuluh di masyarakat. Lewat praktek lapangan yang dilakukan taruna STP di sejumlah wilayah, dapat memberikan ilmunya kepada masyarakat, baik bidang pendidikan, kesehatan, sosial, dan kesejahteraan," kata Nazwar.
Kepala STP Cikaret Bogor, Tatang Taufiq Hidayat menyebutkan, total ada sekitar 300 taruna yang diturunkan dalam praktek kerja lapangan, dimana 108 disebar di wilayah Bogor Kota dan Kabupaten serta di Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Pati, Kabupaten Demak, dan Kabupaten Kendal.
"Mereka mengikut kegiatan praktek keahlian selama satu bulan dan tiga bulan praktek akhir di masing-masing Posdaya," kata Tatang.
Wali Kota lepas 108 penyuluh perikanan
Kamis, 30 Oktober 2014 10:27 WIB