Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menyiapkan strategi khusus ketika jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) turun signifikan sebagai dampak pandemi COVID-19.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Kemenparekraf/Baparekraf Ari Juliano Gema dalam pernyataannya di Jakarta, Selasa, mengatakan pihaknya telah memprediksi penurunan kunjungan wisman ke Indonesia sebagai dampak pandemi COVID-19 sebagaimana terjadi juga di negara lain.
"Untuk itu, kami menyiapkan langkah dan strategi dalam mengantisipasi penurunan wisman dengan menyiapkan protokol tatanan hidup baru di sektor pariwisata yang telah disusun," katanya.
Baca juga: Protokol normal baru diharapkan segera jadi acuan pelaku pariwisata
Protokol itu nantinya diterapkan saat suatu daerah telah dinyatakan siap untuk kembali menerima wisatawan.
"Presiden Joko Widodo menginstruksikan untuk tidak tergesa-gesa. Di masa pemulihan nanti, kita akan terlebih dahulu fokus mendorong mobilisasi wisatawan Nusantara. Untuk itu semua harus dipersiapkan dulu sebelum kembali menyambut wisatawan. Tentunya, dengan melihat kesiapan masing-masing daerah. Kami telah melakukan koordinasi dengan beberapa kepala daerah yang wilayahnya paling siap untuk menerima wisatawan dan memulai penerapan protokol ini," kata Ari.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah kunjungan wisman ke Indonesia pada April 2020 sebesar 160.000 orang.
Baca juga: Menparekraf siapkan protokol normal baru untuk destinasi wisata
Jika dibandingkan dengan jumlah wisman pada Maret 2020 berarti jumlah wisman menurun sebesar 66,02 persen secara bulanan (mom). Adapun jika dibandingkan juga dengan posisi saat ini dengan periode yang sama 2019, maka angka tersebut menurun hingga 87,44 persen secara tahunan (yoy) atau 1,27 juta orang.
Pada periode tersebut jumlah kunjungan wisman didominasi oleh wisman asal Timor Leste yang tercatat berkunjung sebanyak 83 ribu pada April.
Angka tersebut mencapai 52,2 persen dari total wisman. Sedangkan,sisanya berasal dari Malaysia sebanyak 62 ribu atau 39 persen, Singapura 2 ribu atau 1,3 persen, dan lainnya 12 ribu kunjungan atau 7,5 persen.
Angka tersebut, kata Ari Juliano, sudah diperkirakan mengingat langkah-langkah Pemerintah Indonesia dan juga pemerintah negara penyumbang wisman potensial ke Indonesia yang memutuskan menutup akses keluar-masuk negaranya demi pencegahan penyebaran COVID-19.
"Untuk membuka pariwisata kembali, perlu penerapan prosedur standar di sarana publik yang bertujuan untuk lebih mendisiplinkan masyarakat terkait protokol kesehatan di sektor pariwisata. Sehingga saat dibuka kembali, wisatawan akan merasa nyaman datang ke Tanah Air," ujarnya.
Baca juga: Menparekraf sebut tren pariwisata global berubah ke K3
Protokol tersebut, lanjut Ari, akan seiring dan beradaptasi dengan tatanan hidup baru yang sudah disiapkan Kemenkes akan disosialisasikan secara masif kepada masyarakat sehingga masyarakat tahu apa yang harus dikerjakan baik mengenai jaga jarak, pakai masker, cuci tangan, serta tidak berkerumun dalam jumlah yang banyak.
Dengan begitu diharapkan kesadaran masyarakat terkait kedisiplinan dan protokol kesehatan terus meningkat dan penyebaran COVID-19 dapat ditekan.
"Ini merupakan bagian dari langkah untuk memastikan kesiapan masyarakat dalam menjalankan tatanan hidup baru yang akan menggerakkan perekonomian nasional termasuk di dalamnya pariwisata dan ekonomi kreatif," katanya.
Kemenparekraf/Baparekraf, sedang menyiapkan program cleanliness, health, and safety (CHS) yang akan diterapkan di berbagai destinasi wisata Tanah Air. Yang tujuan utamanya tidak hanya menyiapkan destinasi yang lebih baik sesuai dengan standardisasi kebutuhan wisatawan dalam kenormalan baru nanti, tapi juga dalam menerapkan disiplin bagi masyarakat.
Hal ini sejalan dengan target pemerintah agar kesadaran masyarakat akan kedisiplinan dan protokol kesehatan terus meningkat.
Ke depan, Kemenkarekraf fokus untuk menggarap segmen pariwisata berkualitas atau quality tourism yang lebih menekankan pada tingkat pendapatan devisa ketimbang mendatangkan wisatawan secara massal atau mass tourism seiring dengan berubahnya tren pariwisata global.