Jakarta (ANTARA) - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Arief Nugraha menyatakan tingkat produktivitas kopi di Indonesia masih rendah dibandingkan potensi yang ada bila dibandingkan dengan jumlah produksi dan luas lahan yang dimiliki di berbagai daerah Nusantara.
"Produktivitas kopi Indonesia berpotensi untuk terus ditingkatkan. Potensi Indonesia pada komoditas kopi terbilang cukup besar," kata Arief Nugraha, Selasa.
Menurut dia, dengan data Kementerian Pertanian tahun 2018, produktivitas kopi Indonesia berada pada angka 731 kg/ha, maka nilai itu masih terbilang rendah kalau dibandingkan dengan potensi produktivitas yang bisa dicapai oleh tanaman kopi di Indonesia.
Padahal, lanjutnya, menurut Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka), 90 persen dari pohon kopi di Indonesia sudah menggunakan tanaman klon yang unggul, atau tanaman yang dibuat dari dua induk untuk menghasilkan tanaman yang unggul.
Penggunaan tanaman klon unggul dinilai seharusnya akan meningkatkan potensi produktivitas kopi Indonesia.
"Potensi tanaman klon unggul dari Puslitkoka adalah sekitar 1-2 ton per hektare. Kalau potensi produktivitas kopi Indonesia tidak mampu berkembang, maka ada sebuah masalah yang terjadi pada cara budidaya kopi di kalangan petani," jelas Arief.
Ia menjelaskan, budidaya kopi yang baik dapat merujuk kepada Good Agricultural Practice (GAP) dari Puslitkoka ataupun lembaga lain, baik lembaga nasional ataupun lembaga internasional.
Contoh budaya GAP yang baik adalah melakukan pemangkasan, pemupukan, penyiangan secara rutin dan juga memberikan pohon pelindung. Metode budidaya yang efektif dan efisien perlu terus digalakkan.
Meskipun terlihat sederhana, akan tetapi pada kenyataan di lapangannya banyak petani yang tidak dapat menjalankannya. Hal ini dikarenakan adanya ketidaktahuan petani ataupun ketidakmampuan petani untuk menjalankan GAP, serta kemampuan finansial ataupun faktor alam yang juga dapat menjadi penghambat.
Untuk dapat mengatasi masalah budidaya di level petani ini diperlukan penyuluhan kepada petani Kopi di Indonesia. Sementara itu dari data Kementerian Pertanian tahun 2018, jumlah petani kopi di Indonesia diperkirakan mencapai angka 1.858.392 kartu keluarga, di mana sekitar 96 persen nya merupakan petani perkebunan rakyat.
Penyuluhan, ujar Arief, harus dilakukan secara perlahan dan menyeluruh atau pemerintah dapat membentuk komunitas petani di tiap kabupaten/kecamatan agar para petani dapat bertukar informasi tentang bagaimana proses budidaya kopi yang baik dapat berjalan.
"Dengan adanya sebuah forum untuk bertukar informasi, diharapkan terjadi peningkatan transfer pengetahuan dan pengalaman antar petani, sehingga mereka dapat meningkatkan produktivitasnya," ucapnya.
Berdasarkan dari data FAO tahun 2017, Indonesia merupakan negara penghasil kopi terbesar keempat dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Pada tahun 2017, Brazil sebagai penghasil kopi terbesar dunia memproduksi kopi sebanyak 2.680.515 ton, yang disusul oleh Vietnam dengan jumlah produksi sebanyak 1.542.398 ton, Kolombia dengan 754.376 ton dan Indonesia berada di peringkat keempat dengan jumlah produksi sebesar 668.677 ton.
Sementara itu, berdasarkan luas lahan tanaman kopi yang disebutkan dalam data FAO tahun 2017, negara yang memiliki luas lahan tanaman kopi terbesar adalah Brazil dengan luas area sebesar 1.800.398 ha. Sementara Indonesia berada di peringkat kedua dengan lahan seluas 1.253.796 ha dan peringkat ketiga ada Pantai Gading dengan lahan seluas 1.081.889 ha. Sementara itu di peringkat empat ada Kolombia dengan lahan seluas 798.358 ha. (ANT-BPJ).
Kata Peneliti, produktivitas kopi di Indonesia masih rendah
Selasa, 23 April 2019 19:15 WIB
Produktivitas kopi Indonesia berpotensi untuk terus ditingkatkan. Potensi Indonesia pada komoditas kopi terbilang cukup besar.