Bogor (Antaranews Megapolitan) - Untuk menghindari konflik tenurial di kawasan hutan Muaragembong, Bekasi, Pusat Kajian Resolusi Konflik (Care), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB) kembangkan ekowisata mangrove.
Care IPB Pertamina EP Asset 3 Tambun Field, Dinas Pariwisata Kabupaten Bekasi, Perhutani, Pemerintah Desa Pantai Mekar, Pemerintah Kecamatan Muaragembong dan Pokdarwis Citra Alam Bahari untuk mewujudkan kawasan ekowisata di Desa Pantai Mekar Kecamatan Muaragembong Kabupaten Bekasi.
Launching Ekowisata Mangrove Muaragembong dilaksanakan di Desa Pantai Mekar, Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi (28/11). Kegiatan launching ini ditandai dengan dibukanya kembali lokasi ekowisata mangrove setelah sebelumnya sempat ditutup karena mengalami proses perbaikan dan revitalisasi.
Menurut Prof. Rizal Syarief, Ketua Dewan Penasihat Care IPB, wilayah Muaragembong merupakan kawasan hutan yang sarat dengan konflik tenurial. Oleh karena itu Care IPB memilih strategi kolaboratif dalam pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumberdaya di wilayah ini.
“Strategi ini merupakan strategi win-win solution, sehingga diharapkan menjadi strategi efektif sebagai solusi konflik. Model kolaborasi yang diterapkan pada program ini mengadopsi model ABG-C-nya IPB,” ujarnya.
ABG-C merupakan Konsep Kemitraan yang melibatkan Academician, Busnessman, Goverment, Community.
Akademisinya adalah Care IPB yang berperan untuk meningkatkan kapasitas kelompok serta mendampingi Pokdarwis sebagai pengelola ekowisata. Secara khusus Care IPB menugaskan dua orang sarjana IPB untuk mendampingi program ini.
Pihak pebisnisnya melibatkan Pertamina EP Tambun Field yang berperan dalam mendukung pembangunan fasilitas atau sarana-prasarana ekowisata serta monitoring dan pendampingan program melalui skema Corporate Social Responsibility (CSR).
Selain itu ada juga pihak Perhutani sebagai pemegang kuasa lahan kawasan hutan di wilayah ini. Pihak pemerintah (Government) melibatkan Dinas Pariwisata Kabupaten Bekasi, Pemerintah Kecamatan Muaragembong dan Pemerintah Desa Pantai Mekar yang berperan dalam pembinaan dan monitoring kelompok.
Selanjutnya, sebagai inti atau pelaksana dan pengelola program ekowisata adalah masyarakat (Community) Desa Pantai Mekar, dalam hal ini tergabung dalam kelompok sadar wisata lingkungan (Pokdarwis) Citra Alam Bahari.
“Pengembangan ekowisata mangrove yang telah berjalan lebih dari dua tahun ini ternyata memberikan manfaat sosial, ekonomi dan lingkungan, terutama bagi masyarakat Desa Pantai Mekar. Manfaat sosial terlihat dari peningkatan keguyuban warga dalam mengelola lingkungan. Kehadiran ekowisata mangrove ini juga telah memberikan tempat wisata alternatif bagi masyarakat. Manfaat ekonomi berupa peningkatan pendapatan dari adanya kunjungan wisatawan, seperti peningkatan pendapatan warung-warung di sekitar lokasi ekowisata, peningkatan pendapatan jasa transportasi ojek serta perahu. Kehadiran ekowisata mangrove juga memunculkan kreativitas warga sekitar untuk membuat olahan-olahan dari buah mangrove, seperti sirup dan dodol mangrove. Manfaat lingkungan berupa terjaganya ekosistem mangrove yang sangat berguna untuk menahan terjadinya abrasi pantai,” imbuhnya.
Sementara itu, Dirut Eksplorasi Pertamina EP, Ahmad Alfian Husein dalam sambutannya mengatakan bahwa wilayah pesisir pantai di Muara Gembong memiliki potensi hutan mangrove yang besar.
“Namun karena belum adanya pengelolaan kawasan hutan mangrove yang baik di wilayah ini, menjadikan mangrove sebagai salah satu ekosistem pesisir mengalami kerusakan. Karena itulah Pertamina EP hadir di wilayah ini sebagai komitmen dan bentuk tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan,” ujarnya. (af/Zul).
Sempat ditutup, ekowisata mangrove di Muaragembong Bekasi kini kembali dibuka
Sabtu, 15 Desember 2018 22:43 WIB
Pengembangan ekowisata mangrove yang telah berjalan lebih dari dua tahun ini ternyata memberikan manfaat sosial, ekonomi dan lingkungan, terutama bagi masyarakat Desa Pantai Mekar.