Jakarta (ANTARA) - The Climate Reality Project Indonesia menandai tahun ke-16 perjalanannya dengan peluncuran Bilingual Photobook dan Visual Coaching Tools di Indonesia Pavilion pada Konferensi PBB untuk Perubahan Iklim, COP30 UNFCCC, di Belém, Brasil.
Acara tersebut mempertemukan para delegasi berbagai negara yang selama ini terlibat dalam berbagai upaya menyikapi perubahan iklim.
Direktur The Climate Reality Project Indonesia, Amanda Katili Niode, dalam keterangannya, Minggu menyampaikan apresiasi khusus kepada para penyumbang foto.
“Saya sangat berterima kasih kepada semua kontributor foto. Visual resources ini tidak akan ada tanpa kemurahan hati dan semangat berbagi mereka. Setiap gambar membawa cerita, dan setiap cerita menghidupkan harapan bahwa aksi iklim dapat tumbuh manapun juga.” katanya.
Photobook Through the Lens: Stories of Climate and Sustainability yang disusun bersama Yayasan Riset Visual mataWaktu dengan nakhoda Oscar Motuloh menampilkan 148 halaman kisah visual berwarna tentang kehidupan, lanskap, serta praktik keberlanjutan dari berbagai daerah di Indonesia.
Setiap foto menghadirkan suasana dan pengalaman yang memperlihatkan ketekunan masyarakat dalam merawat lingkungan hidup mereka.
Perangkat Dalam Lensa: Visual Coaching and Reflection Tools yang dikembangkan bersama Sinergia Group Indonesia di bawah pimpinan Coach Amelia Hirawan berisi tiga puluh foto, tiga puluh kata kunci, dan tiga puluh pertanyaan reflektif.
Rangkaian ini membantu percakapan dalam kelompok maupun renungan personal melalui visual yang kuat dan pertanyaan yang mengajak peserta hadir sepenuhnya dalam proses refleksi.
Foto-foto yang tampil pada photobook maupun coaching tools bersumber dari kontribusi Climate Reality Leaders, para mitra, sahabat, dan relawan. Dukungan mereka memperkaya setiap halaman dan memperlihatkan kekuatan kolaborasi dalam gerakan iklim.
Sesi peluncuran menghadirkan Coach Faduma Hassan, salah satu pendiri Social Movement Coaching di Inggris, serta Ari W. Adipratomo dan Arifah Handayani dari Climate Reality Indonesia.
Ketiganya berbagi pandangan tentang peran visual dalam memperdalam empati dan memperluas pemahaman publik terhadap isu iklim.
Dari Belém, Indonesia membawa pesan sederhana: bahwa solidaritas dan imajinasi dapat menyalakan langkah-langkah baru menghadapi krisis iklim. Visual yang ditampilkan hari ini hanyalah awal dari percakapan panjang menuju masa depan yang lebih layak untuk dihuni.
