Bogor (Antaranews Megapolitan) - Direktorat Kemahasiswaan dan Pengembangan Karir, Institut Pertanian Bogor (IPB) bersama Asrama Kepemimpinan Pejuang Pertanian kembali mengadakan acara Bincang Profesor di Auditorium Mandiri, Kampus IPB Dramaga, Bogor (26/10). Pada kesempatan kali ini, Bincang Profesor dihadiri oleh Wakil Rektor bidang Kerjasama dan Sistem Informasi IPB, Prof. Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat, M.Sc.F.
Di hadapan para hadirin yang terdiri dari kader Asrama Kepemimpinan Pejuang Pertanian IPB beserta mahasiswa lainnya, Prof Dodik Nurrochmat menyampaikan materi yang bertemakan “Meraih Hidup Cerdas, Sukses dan Bermakna”.
Dalam sesi materi tersebut, Prof Dodik Nurrochmat menyampaikan pengalaman-pengalamannya saat beliau mengawali masa perkuliahan.
“Saat saya lulus dari SMA di Ponorogo, saya melihat ada tawaran dari IPB pada saat itu yang bernama Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK), mungkin kini sekarang Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada saat itu, saya coba dan ternyata diterima oleh IPB. Berbarengan pada saat itu, ada surat yang datang ke rumah dan menyatakan saya mendapat beasiswa dari Pak Habibi untuk studi keluar negeri. Ketika saya berdiskusi dengan bapak saya, bapak saya bilang kalau saya lebih baik kuliah di IPB dulu setelah itu kalau memang rezeki, kesempatan itu InsyaAllah akan datang lagi. Dan teryata perkataan bapak saya benar adanya, karena saya setelah itu bisa melanjutkan studi di Jerman, bahkan bertemu dan bercengkerama langsung dengan Pak Habibi di sana,” kisah Prof. Dodik Nurrochmat dalam acara tersebut.
Dalam kesempatan ini, Prof. Dodik memaparkan tentang menjadi pribadi sukses. Seseorang biasanya akan melalui beberapa fase ini dalam hidup. Pada awal karir biasanya orang tersebut akan tidak punya banyak waktu luang dan juga rezeki, lalu akan mulai naik ke fase rezekinya bertambah namun waktu luangnya makin berkurang hingga sulit untuk bertemu keluarga.
Fase puncaknya adalah saat rezekinya sudah banyak, namun waktu luangnya juga banyak, itu adalah fase puncak kita menikmati kesuksesan kita. Namun, terlepas dari semua hal tersebut kesuksesan kita haruslah dibarengi dengan keberkahan. Keberkahan itu datang saat apa yang selama ini kita usahakan dapat bermanfaat untuk diri kita, keluarga, dan orang banyak,” jelasnya.
Selain kesuksesan, manusia juga dituntut untuk bisa mengatasi kekurangan dan kelemahan. Kita semua harus mampu membedakan mana kekurangan dan mana kelemahan.
“Kekurangan itu seperti yang dimiliki oleh Nick Vujicic, seorang motivator difabel yang dengan kekurangannya justru mampu menginspirasi banyak orang. Sementara kelemahan, adalah sesuatu yang bisa kita atasi, seperti malas, sering terlambat ke kelas, ataupun hal-hal sejenisnya. Kelemahan itu harus diubah dan diperbaiki,” ujarnya. (KD/Zul)
Belajar hidup cerdas bersama Wakil Rektor IPB, Prof. Dodik Nurrochmat
Kamis, 1 November 2018 16:06 WIB
Sementara kelemahan, adalah sesuatu yang bisa kita atasi, seperti malas, sering terlambat ke kelas, ataupun hal-hal sejenisnya. Kelemahan itu harus diubah dan diperbaiki.