Kabul (Antaranews Megapolitan/Reuters) - Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mempertimbangkan rencana menawarkan kepada Taliban gencatan senjata selama masa liburan Idul Adha pada bulan depan, kata juru bicara pemerintah pada Sabtu.
Gencatan senjata serupa pada Juni memicu gejala belum pernah terjadi, dengan gerilyawan tidak bersenjata dan tentara memenuhi jalanan di Kabul tanpa pertikaian.
Pengumuman tersebut disampaikan saat dugaan perundingan perdamaian dengan Taliban semakin berkembang, dengan Ghani pada Januari menawarkan perundingan perdamaian tanpa syarat dan terjadi tiga hari gencatan senjata selama Idul Fitri pada bulan lalu.
Gencatan senjata tersebut, yang memungkinkan gerilyawan Taliban memenuhi jalanan di Kabul dan berfoto bersama tentara dan polisi, membuat harapan perdamaian jangka panjang membubung setelah 17 tahun Afghanistan dilanda perang.
Juru bicara Ghani, Haroon Chakansuri, membenarkan laporan dari surat kabar Wall Street Journal pada pekan ini yang menyatakan bahwa pemerintah tengah mempertimbangkan gencatan senjata selama masa Idul Adha yang akan jatuh pada 22 Agustus mendatang.
Sementara itu, Amerika Serikat sudah menyatakan siap berperan serta dalam perundingan segitiga bersama pemerintah Afghanistan dan Taliban. Washington juga bersedia untuk mendiskusikan penarikan pasukan asing di negara tersebut.
Taliban sebelumnya menolak perpanjangan gencatan senjata yang ditawarkan oleh Ghani, yang memerintahkan pasukannya untuk tidak menggelar operasi militer selama 10 hari tambahan setelah berakhirnya libur Idul Fitri.
Sejak saat itu, pertempuran kembali berlangsung di berbagai wilayah Afghanistan dengan korban puluhan tentara dan polisi dan lebih banyak lagi dari kalangan warga, termasuk 14 yang tewas akibat serangan udara di Provinsi Kunduz.
Penerjemah: GM.N.Lintang/B. Soekapdjo.
Adakah gencatan senjata selama masa liburan Idul Adha di Kabul?
Minggu, 22 Juli 2018 5:56 WIB
Gencatan senjata tersebut, yang memungkinkan gerilyawan Taliban memenuhi jalanan di Kabul dan berfoto bersama tentara dan polisi, membuat harapan perdamaian jangka panjang membubung setelah 17 tahun Afghanistan dilanda perang.