Jakarta (ANTARA) - Baja merupakan bahan dasar yang sangat penting dalam pembuatan berbagai peralatan militer seperti rudal, pesawat jet, kapal selam, helikopter, hingga amunisi. Pelat baja banyak digunakan dalam pembuatan badan dan sistem propulsi (penggerak) bagi armada angkatan laut.
Industri baja dunia dipegang oleh China, yang memproduksi lebih dari setengah dari total produksi baja dunia, disusul India, Jepang, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Rusia. Telihat korelasi erat bahwasannya negara-negara tersebut memiliki alat utama sistem pertahanan yang lengkap hingga disegani negara-negara lain.
Di Indonesia, PT Krakatau Steel Tbk masih menjadi tulang punggung industri baja dengan peringkat 15 dari segi produksi dan peringkat empat dari segi ekspor. Tentunya BUMN ini menjadi penyokong industri pertahanan di Tanah Air.
Berbekal dari kemampuan memproduksi baja berkualitas, PT Krakatau Steel juga memasok kebutuhan plat baja kepada PT PAL dan PT Pindad. PT PAL menggunakan pelat baja tersebut untuk membangun kapal komersial dan juga kapal perang. Begitu juga Pindad yang memanfaatkannya untuk pembuatan panser dan kendaraan strategis.
Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk Akbar Djohan menyatakan komitmen mendukung pengembangan pertahanan negara yang kuat dan hebat melalui sinergi dan kolaborasi untuk mewujudkan industri strategis yang kuat.
Tinggal sekarang melihat kembali apakah peta jalan industri baja sudah memiliki infrastruktur pendukung yang modern, efisien, dan berdaya saing tinggi. Tentunya ini berkaitan erat dengan kemampuan industri baja untuk tumbuh dan berkelanjutan dalam menjalankan operasinya.
Mengapa industri baja menjadi strategis. Hal ini karena baja memiliki sifat yang gampang untuk dibentuk dan memiliki daya tahan yang sangat besar. Bandingkan dengan plastik yang bisa dibentuk tetapi untuk daya tahan terhadap benturan tidak sekuat baja.
Baja kerap dibentuk ke dalam wujud flat-rolled panjang, pipa karbon dan produk tabung, kawat dan produk pabrikasi lainnya. Paduan antara karbon dan baja dapat digunakan untuk konstruksi, produk-produk otomotif, mesin, sampai alat-alat berat.
Semua segmen dari industri baja yang diproduksi di dalam negeri pada akhirnya berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung terhadap industri pertahanan. Tentunya apabila suatu negara tidak memiliki kebijakan manufaktur atau ekonomi berbasis baja tentunya dapat mengancam negara itu sendiri.
Hal ini bisa terjadi karena militer akan kehilangan sumber utamanya dari logam strategis dan negara akan menjadi berbahaya, karena bergantung pada sumber luar negeri yang umumnya tidak dapat diandalkan keberlangsungan pasokannya.
Dengan demikian baja dan logam khusus secara langsung dapat mendukung basis industri pertahanan. Bahan-bahan ini merupakan hal yang tidak terpisahkan dari aplikasi diversifikasi oleh sektor pertahanan dan dengan demikian, teknologi baja harus selalu ditingkatkan dan diperbaiki.
Di samping itu, pengiriman baja baik secara langsung maupun tidak langsung ke infrastruktur pertahanan sangat diperlukan untuk mewujudkan negara yang mandiri dari segi pertahanan.
Baca juga: Hilirisasi baja menaikkan devisa
Baca juga: Garuda Yamato Steel luncurkan baja tahan gempa PLUS
