Bogor (Antaranews Megapolitan) - PT Pembangkit Jawa Bali (PJB) mengundang Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor ( FEM IPB) untuk membantu mengembangkan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang menjadi binaan PT PJB. Selama ini, dana Corporate Social Responsibility (CSR) PT. PJB dikeluarkan bukan hanya untuk program-program yang bersifat charity tapi juga bersifat pemberdayaan seperti pembinaan dan pengembangan UMKM.
Manajer CSR dan Komunikasi Korporasi PT. PJB, Heri Supriyanto, mengatakan, “Selama ini kami sudah mengeluarkan dana yang cukup lumayan untuk pemberdayaan UMKM, tapi hasilnya masih belum maksimal. Oleh karena itu, kami mencoba menggandeng ahlinya, dalam hal ini kami mengundang Departemen Manajemen IPB.” Heri beralasan karena selama ini Departemen Manajemen IPB punya concern tinggi terhadap pengembangan UMKM.
Menurut Ketua Departemen Manajemen FEM IPB, Dr. Wita Juwita Ermawati, “Pelaksanaan kegiatan ini sebenarnya merupakan bagian dari implementasi Memorandum of Understanding (MoU) yang sudah ditandatangani oleh Dekan FEM IPB bersama Corporate Secretary PT.
PJB tahun lalu. MoU tersebut salah satunya berisi kerjasama FEM IPB dan PT. PJB dalam hal pengabdian masyarakat. Jadi ini bagian dari pengabdian masyarakat bersama antara PT. PJB dan FEM IPB dalam mengembangkan ekonomi masyarakat melalui penguatan UMKM. Karena kita memahami UMKM memiliki peran yang strategis dalan memajukan perekonomian dan pembukaan lapangan kerja.”
Adapun program pembinaan UMKM yang dilakukan adalah berupa peningkatan kemampuan pemasaran, peningkatan kualitas produk dan kemampuan mengelola keuangan. Mukhamad Najib, dosen mata kuliah Manajemen UMKM di Departemen Manajemen IPB mengatakan, ”Selama ini masalah yang sering dihadapi UMKM, selain masalah permodalan adalah bagaimana mengakses pasar.
Seringkali UMKM hanya fokus pada bagaimana memproduksi, sementara pasarnya belum tentu tersedia, sehingga produk menjadi tidak bisa dipasarkan. Oleh karena itu, peningkatan kemampuan pemasaran menjadi penting dalam pengembangan UMKM.”
Najib menjelaskan bahwa UMKM tidak bisa hanya mengadopsi konsep-konsep pemasaran yang biasa dilakukan perusahaan besar. Keunikan yang dimiliki UMKM serta keterbatasan sumber daya mereka menuntut strategi pemasaran yang khusus dan unik untuk UMKM. “Kami di Departemen Manajemen IPB sedang mengembangkan apa yang disebut konsep Entrepreneurial Marketing. Konsep ini sangat cocok untuk UMKM di Indonesia. Saat ini kami sedang mensosialisasikan konsep ini kepada pengelola UMKM.”
Sementara itu Koordinator Kerjasama PT PJB-FEM IPB, Farida Ratna Dewi menjelaskan, “Kelemahan yang mendasar juga dari UMKM adalah tata kelola keuangannya yang tidak rapi. Mereka pada umumnya tidak memiliki pencatatan keuangan yang baik, sehingga sering tercampur antara uang usaha dan uang keluarga, akibatnya sulit ditelusur apakah usaha mereka untung atau rugi.
Maka di sini kami juga melakukan sosialisasi ‘SI APIK’, yaitu software akuntansi berbasis android yang sangat user friendly bagi pelaku UMKM.” Farida, yang juga dosen mata kuliah akuntansi di Departemen Manajemen IPB ini menambahkan, dengan pelatihan software ‘SI APIK’ ini harapannya UMKM dapat dengan mudah mencatatkan transaksi usahannya. Dengan begitu UMKM binaan PT. PJB dapat memonitor kinerja usahannya dari waktu ke waktu.
Kerjasama pengembangan UMKM yang melibatkan dosen dan mahasiswa ini dilakukan secara bertahap. Untuk tahap pertama ini dilakukan pada UMKM yang berada di bawah binaan unit atau cabang PJB di tiga daerah, yaitu PJB Muara Tawar, PJB Muara Karang dan PJB Cirata.
“Untuk sementara kami lakukan di tiga daerah dulu, nanti kami evaluasi bagaimana perkembangnya. Jika menunjukkan hasil yang memuaskan, akan kami perluas ke seluruh unit PJB yang ada di pulau Jawa. Pada prinsipnya pengembangan UMKM menjadi concern kita bersama, sehingga kami tidak ada masalah jika semakin banyak UMKM yang harus kami bina,” tutur Wita. (***/ris)
PT. PJB undang FEM IPB kembangkan UMKM
Jumat, 20 April 2018 17:59 WIB
Kelemahan yang mendasar juga dari UMKM adalah tata kelola keuangannya yang tidak rapi.