Bogor, 7/1 (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Bogor, Jawa Barat menantikan sertifikasi bebas penyakit Filariasi dari badan kesehatan dunia WHO setelah lima tahun memberlakukan program pemberian obat masa filariasis.
"Saat ini kita (Dinas Kesehatan) masih menunggu sertifikat bebas filariasis dari WHO yang saat ini masih dalam proses pengajuan," kata Kepala Bidang Pemberantasan Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P3PL) Dinas Kesehatan Kota Bogor, Eddy Dharma, di Bogor, Senin.
Eddy menjelaskan, pada pertengahan Juni 2012 lalu, genap lima tahun Pemerintah Kota Bogor melaksanakan program Pemberian obat massal pencegahan filariasis (POMPF) yakni program sesuai standar WHO dalam memberantas dan mencegah penyakit kaki gajah tersebut.
Program ini berlangsung selama lima tahun dengan melibatkan 553.975 orang dengan cakupan 92 persen dan target cakupan 85 persen.
Sebelum dilaksanakan program tersebut, Kota Bogor diketahui sebagai daerah indemik filariasi berdasarkan nilai hasil microfilariasi yang di atas 1 persen.
Temuan ini terungkap setelah terjadi kasus kejadian luar biasa di Kecamatan Tanah Sareal pada tahun 2007 lalu.
Guna mencegah penyebaran dan memberantas penyakit tersebut, Pemerintah Kota Bogor melaksanakan program POMPF sejak 2007 dengan menjadikan kecamatan Tanah Sareal sebagai awal dimulainya program tersebut.
Sesuai prosedur WHO program tersebut harus berlangsung selama lima tahun. Dengan mendanai sendiri program ini Pemerintah Kota Bogor mewujudkan komitmen untuk menjadi kota bebas filariasis.
"Pelaksanaan program ini juga dibantu oleh Kementerian Kesehatan yang menyediakan obat," kata Eddy.
Selanjutnya, tutur Eddy, setelah lima tahun melaksanakan kegiatan POMPF, untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan program tersebut dilakukan penelitian.
Ada dua penelitian yang diatur dari petunjuk pelaksanaan program POMPF dari WHO ini yakni pertama survei darah jari dan TAS atau transmisi, asesmen dan survei.
Survei darah jari dilakukan untuk menghitung angka mikrofilarian dalam darah untuk menilai apakah pemberian obat massal filariasis efektif.
Sedangkan TAS dilakukan setelah hasil survei darah jari dikeluarkan untuk mengetahui tingkat penularan, apakah masih memungkinkan keputusan berhenti POMPF atau tidak.
"Dua tahapan penelitiannya sudah dilakukan hingga akhir 2012 ini. Hasilnya diketahui negatif," kata Eddy.
Eddy menambahkan, saat ini pihaknya masih menunggu petunjuk pelaksanaan teknis dari WHO untuk memperoleh sertifikat bebas filariasis.
"Kita belum tahu kapan sertifikat ini akan dikeluarkan. Saat ini kita masih menunggu, juklak untuk bisa mendapatkan sertifikat itu," ujarnya.
Laily R
Bogor Nantikan Sertifikasi Bebas Filariasis Dari WHO
Senin, 7 Januari 2013 16:17 WIB
bogor-nantikan-sertifikasi-bebas-filariasis-dari-who-