Ankara (ANTARA) - Pemerintahan Presiden AS Donald Trump tengah berupaya mengadakan pembicaraan langsung dengan Iran terkait isu nuklir, dengan tujuan meraih kesepakatan besar yang akan membongkar seluruh program nuklir Teheran.
Jika berhasil, perundingan itu akan menjadi keterlibatan bilateral paling berkelanjutan antara kedua negara sejak Amerika Serikat keluar dari kesepakatan nuklir 2015 pada tahun 2018, menurut laporan Wall Street Journal.
“Saya pikir pembicaraan langsung akan berlangsung lebih cepat, dan Anda bisa lebih memahami pihak lain. Saya tahu mereka sebenarnya ingin melakukan pembicaraan langsung,” kata Trump pada Kamis (3/4)
Seorang pejabat senior AS mengungkapkan bahwa pemerintahan Trump ingin menghindari proses panjang melalui perantara, dan lebih memilih diskusi tatap muka secara langsung.
“Tujuannya adalah menghilangkan ancaman, bukan sekadar mengelolanya,” kata pejabat tersebut.
Iran belum memberikan tanggapan resmi terhadap usulan terbaru tersebut, namun, sejumlah pejabat di Teheran menyiratkan kesiapan untuk melakukan pembicaraan tidak langsung, dengan kemungkinan melibatkan negara ketiga sebagai mediator.
Seorang penasihat senior Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, memberikan sinyal bahwa negosiasi langsung mungkin saja dilakukan di masa mendatang.
Trump disebut-sebut telah mengirim surat pribadi kepada Khamenei bulan lalu, yang berisi tawaran kesepakatan dengan batas waktu dua bulan.
Isi surat tersebut, yang dikonfirmasi oleh sejumlah sumber yang mengetahui isi pembicaraan, menunjukkan tekad Washington untuk mencapai solusi cepat.
Pemerintahan Trump juga mendorong kesepakatan yang lebih ketat dibanding kesepakatan era Obama, yang sebelumnya mengizinkan Iran memperkaya uranium dalam batasan tertentu.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Iran kecam ancaman Trump
Baca juga: Trump ancam Iran dengan serangan bom