Jakarta (ANTARA) - Tradisi mudik memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian nasional, dengan perputaran uang yang mencapai triliunan rupiah, yang menjadi indikator penting dari aktivitas ekonomi selama periode tersebut.
Meskipun ekonomi saat ini cenderung melambat, mudik tetap menjadi penggerak ekonomi yang kuat, terutama bagi daerah-daerah yang jarang mendapatkan aliran dana besar di luar periode liburan.
Perputaran uang dari arus mudik lebaran dari waktu ke waktu mengalami fluktuasi dan tidak berbanding lurus dengan jumlah masyarakat yang mudik.
Pada 2024, jumlah masyarakat yang mudik mengalami peningkatan menjadi 193,6 juta dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) pada saat itu memperkirakan potensi perputaran uang mencapai Rp157,3 triliun.
Banyak pemudik yang membelanjakan uangnya untuk membeli produk lokal, seperti makanan khas daerah, suvenir, dan kerajinan tangan. Selan itu peningkatan kunjungan obyek wisata dan okupansi penginapan seperti hotel, villa, dan penginapan di kota tujuan mudik juga, meningkatkan pendapatan daerah hingga 60 persen.
Selanjutnya terjadi juga peningkatan arus uang ke daerah sebagai dampak adanya pergerakan uang dari kota besar ke daerah asal pemudik. Banyak pemudik yang membawa uang dalam jumlah besar untuk membantu keluarga di kampung halaman, berinvestasi dalam bentuk tanah atau properti di daerah asal, dan membuka usaha baru atau memperbaiki usaha keluarga.
Kegiatan ekonomi yang meningkat selama mudik juga berdampak positif bagi pendapatan negara dari Pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak melalui Pajak Pertambahan nilai (PPN) dari belanja masyarakat, Pajak Hotel dan Restoran yang meningkat selama mudik, serta PNBP dari sektor transportasi, seperti tol dan bandara.
Hal signifikan yang terjadi misalnya pada tahun 2023 pendapatan tol nasional meningkat hingga 30-40 persen selama mudik Lebaran akibat lonjakan jumlah kendaraan.
Mudik 2025
Pada pertengahan Februari 2025, Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan dalam sebuah survei yang dilakukan bersama akademisi memproyeksikan jumlah pemudik Lebaran 2025 diperkirakan hanya mencapai 146,48 juta orang. Angka tersebut turun 24 persen dibandingkan tahun lalu yang mencapai 193,6 juta.
Menurut Kadin, penurunan jumlah pemudik tahun 2025 ini terjadi karena beberapa hal. Pertama jarak libur Natal dan Tahun Baru serta Idul Fitri yang sangat berdekatan, sehingga yang sempat berlibur selama Nataru tidak lagi merencanakan liburan atau pulang kampung saat libur Idul Fitri.
Alasan kedua dalam kondisi ekonomi saat ini masyarakat cenderung menghemat karena dalam beberapa bulan ke depan akan memasuki tahun ajaran baru yang memerlukan biaya masuk sekolah.
Untuk alasan ketiga dan keempat adalah karena adanya tekanan dalam faktor ekonomi yang ditandai dengan maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan penurunan daya beli masyarakat, yang salah satu penyebabnya adalah karena faktor PHK tersebut.
Kadin memperkirakan perputaran uang selama libur Idul Fitri 2025 akan mencapai Rp137.975 triliun.
Meski demikian, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan bahwa perputaran uang selama Lebaran tahun ini akan tetap stabil karena berbagai program, termasuk bantuan sosial, telah berjalan dan turut menopang daya beli masyarakat.
Berbagai upaya pun telah dilakukan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan permintaan dan penawaran.
*) Dr. M. Lucky Akbar, S.Sos, M.Si adalah Kepala Kantor Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan Jambi