Jakarta (ANTARA) - Kajian yang dilakukan Institut Hijau Indonesia menemukan bahwa generasi muda di Indonesia melihat pengelolaan sampah, pencemaran dan kegiatan ekstraktif sebagai isu yang menjadi perhatian di Indonesia.
Chalid Muhammad selaku Ketua Institut Hijau Indonesia dalam pernyataan yang dikonfirmasi di Jakarta, Jumat, menyampaikan bahwa pihaknya meluncurkan Environmental Outlook 2025 dengan tema "Pemuda di Tengah Krisis: Telaah Persepsi Menata Solusi" dengan melibatkan 28.763 orang muda di 34 provinsi.
"Perumusan Environmental Outlook ini menggunakan pendekatan mix method research. Penyajian data dalam Environmental Outlook 2025 ini meliputi persepsi nasional, pulau dan provinsi, prediksi situasi lingkungan hidup tahun 2025 serta usulan rekomendasi," katanya.
Baca juga: Kemenhut sebut sampah masih jadi isu dihadapi konservasi Kepulauan Seribu
Untuk mendapatkan Environmental Outlook 2025, pihaknya melakukan focus group discussion (FGD) dan wawancara mendalam dengan orang muda. Dilakukan roadshow ke sekolah di 33 provinsi dengan melibatkan 24.590 siswa SMA yang terlibat dalam 753 kelompok diskusi, roadshow kampus di 12 provinsi dengan melibatkan 3.123 orang pemuda dan mahasiswa serta FGD secara online bersama penggerak muda di 34 provinsi dan penyebaran kuesioner yang melibatkan 975 pemuda dari seluruh Indonesia.
Hasilnya menemukan isu sampah, pencemaran lingkungan dan kegiatan ekstraktif sumber daya alam menjadi sumber isu yang menjadi fokus para generasi muda di Tanah Air.
Secara nasional orang muda memandang bahwa isu sampah menjadi perhatian utama dengan persentase persepsi mencapai 28 persen. Disusul dengan isu kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup 18,5 persen.
Baca juga: KLH identifikasi isu lingkungan perkotaan atasi perubahan iklim
Persoalan terbesar ketiga adalah kolaborasi, partisipasi dan edukasi dengan total persentase 15,4 persen. Selain itu, beberapa isu lainnya mencakup perubahan iklim 13,5 persen, deforestasi dan biodiversitas 11,1 persen, kebijakan pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya alam 7,8 persen serta isu mencakup bencana ekologis 5,8 persen.
"Secara nasional tiga isu utama yang diperhatikan orang muda, di antaranya pengelolaan sampah yang belum optimal, pencemaran dan kerusakan yang semakin masif, kolaborasi dan partisipasi orang muda yang bermakna belum maksimal, serta orang muda memandang 2025 akan gelap bila kegiatan ekstraktif terus berlangsung," kata Ichlassul Amal selaku tim penyusun Environmental Outlook 2025.
"Namun, akan membaik bila dilakukan upaya korektif dengan melibatkan generasi muda secara bermakna serta ada agenda pemulihan yang dilakukan secara sungguh-sungguh," tambahnya.
Baca juga: Penanganan sampah hingga jaga kualitas air jadi isu utama Pemkot Sukabumi
Beberapa rekomendasi orang muda untuk perbaikan lingkungan disampaikan dalam tujuh usulan, yaitu penguatan pelibatan orang muda dalam pengelolaan dan pemulihan lingkungan hidup secara bermakna, pemerintah mendukung inisiatif dan inovasi orang muda dalam pengelolaan dan pemulihan lingkungan hidup, serta pendidikan lingkungan hidup bagi generasi muda diperkuat dan diperluas.
Direkomendasikan pemerintah membuka ruang seluas-luasnya bagi generasi muda terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang berdampak bagi kehidupan mereka di masa mendatang, perancangan kebijakan dan agenda pemulihan lingkungan hidup dengan melibatkan generasi muda dan membuat agenda korektif terhadap industri ekstraktif yang dinilai sebagai salah satu penyebab terjadinya kerusakan lingkungan hidup di berbagai wilayah.
Rekomendasi terakhir adalah pemerintah melibatkan anak muda dalam penanganan isu perubahan iklim, termasuk keterlibatan mereka dalam agenda transisi energi dan pencapaian FOLU Net Sink 2030.