Depok (ANTARA) - Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Prof. Dr. Drs. Sutanto Priyo Hastono, M.Kes mengatakan Biostatistik perlu diperkuat yang disinergikan dengan kecerdasan buatan atau artificial intelligent (AI) untuk mengambil keputusan di bidang kesehatan agar lebih akurat.
"Seiring dengan perkembangan zaman dengan ditandai era digital yang semakin maju, maka biostatistik saja tidak cukup untuk melakukan analisis data kesehatan," kata Prof. Dr. Drs. Sutanto Priyo Hastono di kampus UI Depok, Kamis.
Menurutnya, ini merupakan langkah penting dalam meningkatkan analisis data dan pengambilan keputusan di bidang kesehatan masyarakat.
“Biostatistik mempunyai kemampuan menganalisis data kesehatan berbasis data yang kuat, sedangkan kecerdasan buatan (khususnya machine learning dan deep learning) menawarkan kemampuan untuk memproses data besar (big data) dan dapat menemukan pola yang tidak terdeteksi oleh metode statistik konvensional,” ujar Prof. Sutanto.
Baca juga: Guru Besar UI kaji nasionalisme Islam di era awal Orde Baru
Baca juga: Guru besar FHUI paparkan peluang dan tantangan KUHP Nasional di Unej
Ia menambahkan, banyak yang bisa dilakukan untuk melakukan sinergi antara biostatistik dengan kecerdasan buatan, misalnya dalam mengembangkan Pemodelan Prediksi dan Diagnostik Penyakit.
Dalam biostatistik, model prediksi umumnya menggunakan metode statistik tradisional, seperti regresi logistik atau regresi Cox untuk memprediksi hasil kesehatan, seperti kemungkinan seseorang terkena penyakit berdasarkan faktor-faktor risiko tertentu.
Sedangkan, kecerdasan buatan dengan teknik machine learning, dapat digunakan untuk mengembangkan model prediktif yang lebih canggih dan akurat.
Misalnya, algoritma deep learning (neural networks) dapat digunakan untuk menganalisis data medis, gambar medis seperti radiologi, dan data genomik untuk mendeteksi penyakit lebih awal atau memprediksi risiko penyakit.
"Di sini, kita bisa jelaskan bentuk sinerginya, yaitu dengan memanfaatkan biostatistik untuk memahami hubungan antara variabel dan merancang model prediksi, dan kecerdasan buatan untuk menangani volume data yang besar dan pola yang lebih rumit, sinergi ini menghasilkan sistem prediktif yang lebih kuat,” kata Prof. Sutanto.
Baca juga: Guru Besar UI tawarkan penghitungan tanpa dekomposisi gelombang parsial pada keilmuan fisika nuklir
Lebih lanjut ia mengatakan, sinergi antara biostatistik dan kecerdasan buatan membuka peluang besar dalam memajukan bidang kesehatan masyarakat.
Biostatistik memberikan fondasi metodologis yang kuat untuk analisis data, sementara kecerdasan buatan memberikan kemampuan untuk memproses data dalam jumlah besar dan mengidentifikasi pola yang lebih kompleks.
“Sinergi ini memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih cepat, akurat, dan berbasis bukti, serta membantu merancang program kesehatan masyarakat yang lebih efektif, efisien, dan tepat sasaran.
"Jika sinergi ini dimanfaatkan dengan baik, kita dapat menghadapi tantangan kesehatan masyarakat yang semakin kompleks di masa depan, serta membuat langkah-langkah preventif yang lebih tepat sasaran dalam menjaga kesehatan populasi,” ujar Prof. Sutanto.*