Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Komunikasi Politik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof Karim Suryadi menilai pernyataan soal perombakan kabinet atau reshuffle menunjukkan kegelisahan Presiden Prabowo Subianto.
"Meskipun Presiden tidak pernah sekalipun menyalahkan menterinya di depan publik, namun kegelisahan begitu terasa," kata Prof Karim saat dihubungi Antara dari Jakarta, Jumat.
Kegelisahan Presiden berdasarkan sejumlah kinerja menterinya yang dinilai kurang baik, sehingga kegaduhan akibat kebijakan lebih kuat dirasakan dibandingkan manfaat untuk rakyat.
"Sekadar contoh, kasus pemagaran laut yang berlarut-larut, bahkan menteri dan jajaran terkait terkesan takut. Kemudian, penembakan warga negara Indonesia di Malaysia, hingga kesengsaraan rakyat mendapatkan gas melon gara-gara harus berebut beli di pangkalan," ujarnya.
Dia memandang bahwa perombakan kabinet menjadi keharusan sebagai konsekuensi evaluasi terhadap kinerja para menteri.
Perombakan perlu untuk merawat kepercayaan publik kepada Presiden Prabowo Subianto, sehingga masa bulan madu tidak cepat berakhir.
"Poin inilah yang saya sebut berkejaran dengan waktu. Jika pemerintah terlambat mewujudkan harapan, atau janji yang sudah dilontarkan, maka kepercayaan akan tergerus, dan bukan kabar baik jika pemerintahan kehilangan kepercayaan," ujarnya.
Baca juga: Prabowo bakal ganti menteri yang tak bekerja benar