Jakarta (Antara Megapolitan-Bogor) - Akhir pekan ini sebanyak 21 pemimpin negara-negara anggota Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) berkumpul di Da Nang, Vietnam, menghasilkan Deklarasi Da Nang yang memuat 39 butir pernyataan bersama.
KTT ke-29 APEC di Vietnam bertema "Menciptakan Dinamika Baru, Membina Masa Depan Bersama" (Creating New Dynamism, Fostering a Shared Future) berlangsung pada tanggal 10-11 November 2017.
Ke-21 pemimpin negara anggota APEC menghadiri KTT itu, yakni Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, Presiden Vietnam Tran Dai Quang, PM Malaysia Najib Razak, Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah, PM Singapura Lee Hsien Loong, Presiden Filipina Rodrigo Duterte, PM Thailand Prayut Chan-o-cha, Presiden Laos Bounnhang Vorachith.
Kemudian Presiden Korsel Moon Jae-in, PM Jepang Shinzo Abe, Presiden China Xi Jinping, Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam, Perwakilan Khusus Presiden Taiwan James Soong, PM Papua Nugini Peter O'Neill, PM Australia Malcolm Turnbull, PM Selandia Baru Jacinda Ardern, Presiden Rusia Vladimir Putin, PM Kanada Justin Trudeau, Presiden Chile Michelle Bachelet, Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto, Presiden Peru Pedro Pablo Kuczynski, dan Presiden AS Donald Trump.
Hadir pula Penasihat Negara/Menlu Myanmar Aung San Suu Kyi dan PM Kamboja Hun Sen atas undangan khusus dari Presiden Vietnam meskipun Myanmar dan Kamboja belum menjadi anggota APEC.
Salah satu hal yang sangat menarik dalam isi Deklarasi Da Nang adalah kesadaran para pemimpin APEC itu untuk kembali kepada "Bogor Goals" (Tujuan Bogor).
"Bogor Goals" adalah nama lain dari "APEC Economic Leaders' Declaration of Common Resolve", deklarasi yang memuat kesepakatan-kesepakatan umum para pemimpin APEC yang dihasilkan dalam KTT ke-6 APEC di Istana Bogor, Indonesia, pada 15-16 November 1994.
Sejak KTT pertama APEC berlangsung di Canberra, Australia, tahun 1989, lalu tahun-tahun berikutnya berlangsung di Singapura (1990), Seoul (Korsel, 1991), Bangkok (Thailand, 1992), Seattle (AS, 1993), baru pada KTT di Bogor itu menghasilkan kesepakatan-kesepakatan umum para pemimpin APEC dalam mencapai tujuan dari kerja sama ekonomi di kawasan Asia Pasifik bagi negara-negara anggota APEC.
"Bogor Goals" merupakan deklarasi KTT APEC tahun 1994 di Bogor yang antara lain berisi tujuan menciptakan liberalisasi sistem perdagangan dan investasi tahun 2010 untuk negara maju, dan selambat-lambatnya tahun 2020 bagi negara berkembang.
Selain itu memperkuat sistem perdagangan multilateral yang terbuka, meningkatkan liberalisasi perdagangan dan jasa, mengintensifkan kerja sama ekonomi di Asia-Pasifik, dan mempercepat proses liberalisasi melalui penurunan hambatan perdagangan dan investasi lebih jauh. Hal itu diharapkan akan meningkatkan arus barang, jasa, modal secara bebas, dan konsisten dengan Kesepakatan Umum Tarif dan Perdagangan (GATT).
Pendekatan "Bogor Goals" dilakukan dengan menyepakati pedoman kerja sama APEC yang dikenal sebagai Agenda Aksi Osaka (hasil Deklarasi dalam KTT ke-7 APEC di Osaka, Jepang, pada 18-19 November 1995) yang memuat tiga pilar kerja sama ekonomi APEC yakni liberalisasi perdagangan dan investasi, fasilitasi usaha, dan kerja sama ekonomi dan teknik, serta menjalankan prinsip umum kerja sama, instrumen pokok kerja sama dan bidang-bidang kerjasama APEC.
Nah, dalam Deklarasi Da Nang semakin menumbuhkan kesadaran para pemimpin APEC untuk mencapai "Bogor Goals" sesuai tenggat waktu pada 2020.
Para pemimpin APEC berkomitmen untuk mencapai "Bogor Goals" dalam mewujudkan perdagangan bebas dan terbuka dan investasi di kawasan Asia Pasifik.
Disebutkan pula dalam deklarasi itu bahwa mereka sepakat mempercepat upaya mengatasi hambatan dari Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang tidak konsisten terhadap perdagangan dan investasi dan mengambil tindakan nyata terhadap pencapaian "Bogor Goals" pada tahun 2020.
Selain itu pentingnya kerangka kerja perdagangan dan investasi yang tidak diskriminatif, timbal balik, dan saling menguntungkan. Mereka akan bekerja sama untuk melakukan perdagangan lebih inklusif, mendukung peluang pasar yang lebih baik, dan menangani praktik perdagangan yang tidak adil.
Para pemimpin APEC berharap dapat mengintensifkan upaya untuk mencapai perdagangan bebas dan terbuka dan investasi di kawasan ini pada tahun 2020 dan menetapkan visi strategis, aspirasional dan berorientasi pada tindakan untuk masa depannya.
Mereka menegaskan kembali komitmen abadi dalam dinamika, inklusivitas, dan kemakmuran Asia. Selain itu menjunjung tinggi kemitraan Asia-Pasifik berdasarkan rasa saling menghormati dan kepercayaan, inklusif dan kerja sama yang saling menguntungkan. Mereka menyadari kontribusi APEC untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.
Para pemimpin APEC juga berkomitmen melakukan tindakan bersama lebih lanjut untuk mempertahankan APEC sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi regional dan global dan integrasi dan penyumbang utama arsitektur ekonomi regional.
Dalam dunia yang semakin saling terhubung, para pemimpin APEC berjanji meningkatkan sinergi dengan institusi dan forum regional dan internasional lainnya.
Ke depan para pemimpin sepakat membentuk "APEC Vision Group" untuk membantu dalam menyusun visi baru setelah 2020.
Bila ditelusuri, dalam Deklarasi Da Nang itu juga setidaknya memuat tiga hal yang disampaikan Presiden Jokowi untuk dikerjakan para pemimpin APEC yaitu soal pembangunan inklusif, penuntasan "Bogor Goals", dan pemanfaatan perkembangan teknologi dan inovasi.
Terjadi peningkatan kesejahteraan dan penurunan kemiskinan di negara-negara anggota APEC namun kemajuan pembangunan masih belum merata sehingga pembanguan inklusif penting karena dapat memberikan manfaat bagi masyarakat secara umum. Selain itu, proses globalisasi yang saat ini terjadi juga menghasilkan ketimpangan pendapatan kronis akibat manfaat globalisasi yang tidak merata.
Presiden Jokowi mendorong APEC untuk segera menyelesaikan agenda "Bogor Goals" yang belum tuntas, mengingat selama 23 tahun "Bogor Goals" telah menjadi kekuatan pendorong kerja sama APEC. "Bogor Goals" mencerminkan pentingnya perdagangan dan investasi bebas serta terbuka dan juga perwujudan pertumbuhan ekonomi serta kemakmuran rakyat.
Sementara pemanfaatan perkembangan teknologi dan inovasi dalam visi pasca-2020. Sejumlah langkah antisipatif dan adaptif harus dilakukan APEC guna mengurangi jurang ketimpangan pembangunan. Untuk itu perlu mendorong integrasi ekonomi regional, melanjutkan reformasi struktural, menyelesaikan hambatan regulasi, menerapkan strategi pertumbuhan yang produktif, mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan merata, serta mengurangi kesenjangan ekonomi.
Pusat kajian APEC Universitas Indonesia pernah memaparkan soal "Bogor Goals" ini dalam buku "Dari Indonesia Memandang Dunia Sebuah Perspektif Multisiplin" terbitan Yayasan Obor Indonesia.
"Bogor Goals" berupa tujuan dari negara-negara anggota APEC untuk menjadikan Asia Pasifik sebagai kawasan regional yang bebas dan terbuka bagi perdagangan dan investasi.
Sampai kini hampir semua pertemuan di APEC setiap tahunnya mendengungkan tujuan tersebut.
Bagi Indoensia, keputusan mengenai "Bogor Goals" merupakan perisitwa bersejarah yang penting karena keputusan itu diambil di Bogor, Indonesia, pada tahun 1994.
KTT ke-25 APEC di Bali, Indonesia, pada 5-7 Oktober 2013 menjadi kesempatan kedua bagi Indonesia sebagai tuan rumah untuk menekankan kembali pada pencapaian "Bogor Goals" tahun 2020.
Usaha Indonesia yang telah menjadi tuan rumah dalam KTT APEC tahun 2013 telah menjadikan upaya untuk mencapai mencapai "Bogor Goals" sebagai agenda spesifik.
Pada akhir tahun 2020, akan terukur pencapaian negara-negara anggota APEC dalam memenuhi "Bogor Goals".
Menjelang tahun 2020 yang tinggal tiga tahun lagi, berbagai pencapaian "Bogor Goals" yang telah dihasilkan semoga dapat semakin jelas tergambar pada hasil KTT ke-30 APEC di Port Moresby, Papua Nugini pada 2018, atau pada KTT-KTT berikutnya yang telah diagendakan berlangsung di Chile untuk tahun 2019 dan di Malaysia untuk tahun 2020. (ANT/BPJ).
Mengingatkan Kembali 'Bogor Goals' Dalam KTT APEC
Minggu, 12 November 2017 11:17 WIB