Cianjur (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, melakukan penanaman jagung di lahan seluas 675 hektare (ha) pada 2025 yang tersebar di beberapa kecamatan mulai dari utara hingga selatan guna mendukung program swasembada pangan dan ketahanan pangan.
Bupati Cianjur Herman Suherman di Cianjur, Kamis, mengatakan hal tersebut setelah mengikuti rapat kordinasi Ketahanan Pangan bersama Menteri Pertanian dan Inspektur Pengawasan Umum (Irwasum) Polri melalui video conference di Aula Polres Cianjur.
"Cianjur akan melakukan penanaman jagung hibrida dan singkong di lahan seluas 675 ha tersebar di 32 kecamatan, termasuk di lahan milik warga atau pemerintah seperti Perhutani, dimana sudah dilakukan di Kecamatan Cugenang dan Mande," katanya.
Baca juga: Jaktim akan tanam pohon pisang dan jagung di sepanjang bantaran KBT Duren Sawit
Baca juga: Mentan dan Kapolri diskusi program tanam jagung untuk wujudkan swasembada pangan
Untuk mencapai target, pihaknya mengajak seluruh kepala desa di Cianjur dapat menyukseskan program pemerintah pusat terlebih selama ini setiap desa memiliki anggaran 20 persen untuk ketahanan pangan dan memiliki tanah desa atau carik desa yang luas.
Bahkan pihaknya memastikan sudah ada pihak yang menampung hasil panen petani di seluruh Cianjur dengan harga yang menguntungkan sehingga saat panen tidak ada lagi petani yang merugi karena harga pasaran murah.
"Tidak hanya jagung dan singkong kami sudah meminta Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Cianjur, menganjurkan desa membeli hasil panen padi yang setiap tahun surplus di beberapa kecamatan di wilayah timur," katanya.
Baca juga: Korem 051/Wijayakarta tanam jagung di lahan pertanian Bekasi
Pihak desa diminta membeli gabah dari petani dengan harga tinggi, sehingga tidak ada lagi hasil panen yang dijual keluar Cianjur dan berasnya disimpan di gudang desa atau Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk stok pangan.
Ketika kebutuhan tinggi dan harga melonjak, stok beras yang ada di gudang desa dapat dijual dengan harga normal pada masyarakat, sehingga dapat menekan kenaikan harga serta laju inflasi di Cianjur.
"Harganya harus lebih tinggi dari pasaran, sehingga gabah dari petani diolah menjadi beras dan dijual dengan harga murah ketika pemakaian tinggi atau saat harga beras mengalami kenaikan seiring tingginya pemakaian," katanya.