Bekasi (Antara Megapolitan) - Pemerintah Jepang membiayai pembangunan sarana kereta rel listrik Bekasi-Cikarang melalui pinjaman senilai total Rp2,3 triliun dalam rangka kerja sama ekonomi kedua negara.
"Hari ini pengoperasian KRL Bekasi-Cikarang dan Stasiun Bekasi Timur telah resmikan. Stasiun ini sudah didukung fasilitas keamanan, keselamatan dan kenyamanan," kata Dirjen KAI Kemenhub Umiyatun Hayati Triastuti.
Hal itu dikatakannya usai menghadiri peresmian operasional Stasiun Kereta Api Bekasi Timur di Jalan Ir H Djuanda, Bekasi Timur, Kota Bekasi dan Pengoperasian KRL Lintas Bekasi-Cikarang oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Sabtu siang.
Menurut Umi, pembangunan prasarana perkeretaapian lintas Bekasi-Cikarang adalah hasil kerja sama Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Jepang melalui kontrak Paket B1 untuk pekerjaan elektrifikasi lintas Bekasi-Cikarang yang ditandatangani pada tahun 2012, dengan nilai kontrak sebesar Rp2,3 triliun.
Ruang lingkup kontrak tersebut meliputi, pembangunan drainage dan jembatan, penggantian rel dan bantalan, pekerjaan elektrifikasi seperti penggantian catenary di Manggarai dan pemasangan baru catenary lintas Bekasi-Cikarang, pembangunan Stasiun Bekasi Timur, Stasiun Cibitung dan Stasiun Cikarang sisi selatan, penambahan empat substation atau gardu listrik aliran atas baru di Buaran, Cakung, Bekas Timur dan Cikarang, pekerjaan sinyal Telkom berupa pergantian sistem persinyalan SSI menjadi K5B (Kyosan).
"Switch Over sistem persinyalan untuk lintas Cakung-Cikarang telah dilaksanakan pada 7 Juni 2017 dan untuk lintas Manggarai-Jatinegara telah dilaksanakan pada 30 September 2017," katanya.
Keunggulan sistem persinyalan itu adalah penggunaan redundant system 2-out-of-2 sehingga akan meningkatkan keandalan sistem persinyalan di Stasiun Manggarai dan Stasiun Jatinegara.
"Sistem persinyalan yang baru ini dapat melayani tingginya peningkatan frekuensi perjalanan kereta saat ini," katanya.
Pengoperasian KRL lintas Bekasi- Cikarang ini adalah lintas pelayanan baru sepanjang 16,74 km yang dapat ditempuh dalam waktu 21 menit.
Frekuensi perjalanan kereta dijadwalkan sebanyak 32 KA per hari dengan titik keberangkatan KRL pertama dari Stasiun Cikarang adalah pukul 05.05 WIB, sedangkan kedatangan KRL terakhir di Stasiun Cikarang adalah pukul23.45 WIB.
Untuk menjamin kenyamanan dan keselamatan pengguna jasa KRL selama transisi naik dan turun penumpang, kata dia, Stasiun Bekasi Timur dan Stasiun Cibitung telah dilengkapi dengan fasilitas penunjang, antara lain, lahan parkir berkapasitas 300 motor dan 100 mobil, peron sepanjang 270 meter yang dapat mengakomodasi satu rangkaian KRL dengan 12 kereta, Closed Circuit Television (CCTV) dan ticketing gate, lift yang diprioritaskan bagi lansia dan penyandang disabilitas, petunjuk informasi kereta bagi penumpang, petunjuk jalur masuk dan keluar stasiun serta denah lay out stasiun dan petunjuk jalur evakuasi.
Sementara itu Wakil Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kozo Honsei yang hadir dalam agenda tersebut mengaku sangat senang menghadiri peresmian proyek yang mengunakan dana kerja sama Jepang.
"Skemanya adalah dana pinjaman. Jepang mendanai perbaikan sinyal perkeretapaian. Ini paling bagus untuk orang indonesia yang tinggal di sini (Bekasi-Cikarang)," katanya.
Kerja sama itu merupakan tindak lanjut pertemuan dua kepala negara pada Januari 2017 untuk proyek peningkatan kecepatan kereta.
"Saat itu kami bersama Presiden Joko Widodo sepakat untuk meningkatkan layanan kereta lintas utara Jawa," katanya.
Dia berharap kedua negara terus menjalin kerja sama dalam upaya perbaikan infrastruktur dan transportasi Indonesia.
"Ke depan akan ada projek Mass Rapid Transit, pelabuhan, peningkatan kecepatan kereta api lintas utara-Jawa. Ke depan bisa tingkatkan kerja sama sehingga Jepang bisa berkontribusi dalam meningkatkan perekonomian di Indonesia," katanya.
Pembangunan KRL Bekasi-Cikarang Didanai Jepang
Sabtu, 7 Oktober 2017 21:26 WIB
Sistem persinyalan yang baru ini dapat melayani tingginya peningkatan frekuensi perjalanan kereta saat ini.