Mina, Arab Saudi (ANTARA) - Tanggal 17 Juni 2024 yang bertepatan dengan 11 Dzulhijjah 1445 H di Arab Saudi adalah hari ketiga dari prosesi ibadah inti haji bagi seluruh jamaah haji yang sedang mabit (menginap) di Mina.
Jamaah haji mabit selama empat hari tiga malam setelah wukuf di Arafah dan mabit di Muzdalifah.
Jamaah haji melaksanakan lontar jumrah ula, wusta dan aqabah ke jamarat (tempat jumrah) masing-masing sebanyak tujuh kali lontaran.
Begitupun dengan kami, jama'ah haji asal Kota Bogor Kloter 49 JKS yang ditempatkan di Maktab 44, kawasan tenda Mina yang dihuni oleh jamaah haji asal Asia Tenggara.
Maktab 44 berjarak kurang lebih 2,3 km dari jamarat. Setiap hari selama empat hari berturut2 (10, 11, 12, dan 13 Dzulhijjah) kami pergi pulang dari tenda ke jamarat berjalan kaki sepanjang 4,6 km, sekitar jarak satu keliling Kebun Raya Bogor.
Siang hari, kami telah menyelesaikan lontar tiga jumrah dan juga sholat Dzhuhur berjamaah di tenda serta dilanjutkan dengan kultum oleh petugas haji PHD Umum Kloter 49 JKS Kota Bogor, Achmad Ruyat, yang membahas tentang kesalehan sosial dalam berhaji.
Usai kultum kami menunggu makan siang yang belum kunjung datang. Hingga satu setengah jam berlalu pasokan konsumsi nasi kotak alumunium foil yang setiap waktu makan disajikan belum juga didistribusi. Nasihat untuk banyak bersabar kembali terngiang di telinga para jamaah haji.
Sekira dua jam lebih menunggu akhirnya nasi kotak yang ditunggu-tunggu hadir diantar petugas. Nasi didistribusi ke masing-masing jamaah haji.
Luasan yang sangat terbatas membuat hampir seluruh aktifitas jamaah haji dilakukan di dalam tenda, mulai dari makan, sholat, berdzikir, dan tidur, karena udara di luar tenda sangat panas. Tercatat pada hari tersebut mencapai suhu tertinggi 45 derajat celcius pada jam 15.00 Waktu Arab Saudi (WAS).
Sebagian jamaah melaksanakan sholat Maghrib dan Isya di sebuah masjid dekat maktab, Masjid Kuwait, berjarak kurang lebih 200 meter dari tenda.
Sesaat nasi kotak terdistribusi, obrolan pertama di antara jamaah adalah tentang lauk dan sayur. Siang ini kami disajikan lauk rendang dan sayur kacang kapri, jagung, dan wortel yang dipotong kecil-kecil.
Penantian yang cukup lama terobati dengan tersajinya lauk rendang. Makanan populer yang berasal dari tanah Minangkabau, Sumatera Barat.
Rendang atau randang adalah makanan berbahan dasar daging, biasanya daging sapi, yang dimasak dalam suhu rendah dan waktu lama dengan bumbu aneka rempah-rempah dan santan.
Hasil survei CNN International, pada tahun 2016 dan 2017 rendang dinobatkan menjadi makanan terlezat nomor satu di dunia.
Jamaah mulai menikmati hidangan makan siang dengan lauk yang terenak di dunia itu. Namun sejurus kemudian obrolan terdengar lagi. Ternyata sebagian besar jamaah
menerima rendang yang dimasak agak 'gosong' seperti masakan daging barbeku.
Mungkin petugas dapur umum maktab mengira rendang ini dimasak seperti menghidangkan masakan daging barbeku. Pantas saja datangnya makanan terlambat, rendangnya dipanggang, kata salah seorang jamaah. Alhasil kami makan rendang ala barbeku.
Jamaah menikmati makanan yang dianugerahkan Tuhan untuk memulihkan dan menambah energi. Rangkaian kegiatan ibadah inti haji masih banyak dan panjang.
Beberapa saat kemudian terdengar kumandang adzan tanda waktu Ashar tiba. Kamipun lanjut sholat berjamaah di tenda.
Usai sholat, sekitar pukul 16.00 WAS kami dikejutkan dengan suara guntur bergemuruh beberapa kali dan langit tiba-tiba mendung. Sesaat kemudian gerimis turun kurang lebih selama 10 menit. Hal yang langka terjadi di negara gurun pasir ini.
Beberapa jamaah haji berhamburan keluar tenda untuk menikmati curahan air hujan dari langit. Warga Kota Bogor yang sudah lima belas hari meninggalkan kota hujan tentu sangat merindukan suasana ini.
Allahumma shoyyiban nafi'an. Ya Tuhan Kami, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat.
Menikmati rendang 'barbeku' di Mina
Selasa, 18 Juni 2024 7:15 WIB