Depok (ANTARA) - Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat UI (DPPM UI) bekerja sama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan dan Fakultas Kedokteran Gigi 2024 untuk melaksanakan program kerja Badui Nyarita.
Kedatangan tim pun disambut hangat oleh Koordinator Puskesmas Cisimeut, Rosita, yang juga sangat senang dengan kedatangan mahasiswa.
"Sebagai pelayanan kesehatan di sini, kami tidak hanya memberikan (pelayanan kesehatan) kepada orang yang berpendidikan, tetapi juga melihatnya sebagai hak anak," kata Rosita dalam keterangannya, Selasa.
Anak-anak Badui tetap memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai terlebih perihal pola hidup bersih dan sehat. Hal ini dinilai masih menjadi “pekerjaan rumah” untuk digalakan.
Badui Nyarita merupakan program yang berfokus pada peningkatan kepedulian anak-anak Suku Badui terhadap ilmu pengetahuan. Telah dilaksanakannya survei di 8 lokasi, yakni Desa Kadukeutug, Kadukeutug, Kadukeutug, Leugok Jeruk, Balimbing, Marengo, Gajeboh, dan Puskesmas Cisimeut.
Survei ini dilaksanakan untuk menganalisis serta mendata anak-anak Suku Badui dimulai dari umur 9–14 tahun yang nantinya akan menjadi peserta dalam Program Badui Nyarita.
Survei ini memberangkatkan tim yang terdiri dari 7 orang perwakilan BEM FIK UI serta BEM FKG UI 2024.
Hari pertama, 9 Maret 2024 dimulai dengan pemberangkatan tim dari Stasiun Universitas Indonesia menuju Stasiun Rangkasbitung dengan waktu perjalanan kurang lebih 4 jam.
Setibanya di Banten, perjalanan dilanjutkan ke Ciboleger selama 2 jam. Survei pertama tim berfokus pada kesediaan fasilitas dan akses kesehatan terdekat dari masyarakat Badui yang merupakan Puskesmas Cisimeut.
Fasilitas ini terletak tidak jauh dari perbatasan Badui Luar dengan Ciboleger.
Wawancara selanjutnya kepada Bapak Saijah selaku lurah atau lebih akrab disebut jaro yang memaknai belajar dan berguru dengan aktivitas sehari-hari yang dilakukan.
Hal ini juga dikatakan oleh masyarakat Suku Badui lainnya bahwa anak-anak mereka sudah diajarkan berladang dan menenun sejak kecil. Harapannya, anak-anak dapat belajar cara hidup sedini mungkin guna membekali diri untuk menghidupi diri dan keluarganya kelak.
Malam hari ditutup dengan diskusi bersama Ayah dari Marno sebagai penggerak Komunitas Badui Membaca pada masanya. Beliau mendukung segala kegiatan yang ditujukan kepada anak-anak Suku Badui asalkan semuanya mengarah pada hal yang positif.
Hari kedua dilanjut dengan survei ke 7 lokasi desa dengan anak-anak serta orang tua di Badui Luar. Desa-desa yang dikunjungi merupakan Desa Kadukeutug, Kadukeutug, Kadukeutug, Leugok Jeruk, Balimbing, Marengo, dan Gajeboh.
Setiap anak dan orang tua menyambut dengan baik tujuan serta rancangan program Badui Nyarita. Respons positif serta ketersediaan dari anak-anak pun menjadi dorongan lebih bagi semua belah pihak.
Hasil survei Badui Nyarita nantinya akan menjadi bekal bagi Tim Pengabdi dalam mencanangkan program-program kedepannya. Rencananya Badui Nyarita akan memfasilitasi anak-anak Suku Badui berkeliling Kampus UI dan museum-museum pada bulan Mei mendatang untuk mengenalkan Indonesia lebih dalam.
Bukan hanya memaparkan kepentingan pendidikan dan kesehatan, melainkan juga rasa bangga menjadi warga negara Indonesia bagi anak-anak Suku Badui dengan mengenalkan mereka akan budaya selain di tempat tinggalnya.
Menjajaki Tanah Badui melalui Badui Nyarita
Selasa, 12 Maret 2024 20:28 WIB
Sebagai pelayanan kesehatan di sini, kami tidak hanya memberikan (pelayanan kesehatan) kepada orang yang berpendidikan, tetapi juga melihatnya sebagai hak anak.