"BRIN berupaya menjaring berbagai konten yang memuat pengetahuan lokal untuk dapat diterbitkan dan diseminasikan secara terbuka dan gratis melalui kanal publik yang dikelola oleh BRIN," kata Wakil Kepala BRIN Amarulla Octavian dalam pernyataan yang dikutip di Jakarta, Kamis.
Secara geografis, kata dia, Indonesia merupakan negara kepulauan dengan 2/3 luas wilayah berupa lautan. Indonesia memiliki lebih dari 17 ribu pulau dengan kekayaan keanekaragaman hayati dan sumber daya mineral yang tersebar di seluruh wilayah.
Amarulla mengatakan Indonesia juga tercatat memiliki 300 kelompok etnolingustik dengan 742 bahasa dan 740 suku bangsa yang terbanyak di dunia. Faktor-faktor itu menjadikan Indonesia sangat kaya terkait warisan budaya dan adat istiadat sebagai pengetahuan lokal.
"Oleh karena itu penting adanya pengakuan dan penghormatan terhadap peran pengetahuan lokal dalam pengembangan sektor pengetahuan di Indonesia," katanya.
BRIN telah menyelenggarakan program akuisisi pengetahuan lokal sejak tahun 2022 yang bertujuan mendokumentasikan dan menyebarluaskan berbagai konten pengetahuan lokal sebagai sumber literasi sains bagi publik.
Menurut Amarulla, program itu menjadi harapan untuk memastikan seluruh kekayaan pengetahuan sumber daya alam dan budaya lokal di Indonesia dapat terjaga dan terkonservasi secara tepat, akurat, dan berkelanjutan, guna diturunkan ke generasi berikutnya dalam bentuk dokumentasi yang kredibel dan inovatif.
Selain itu, juga upaya memunculkan berbagai pengetahuan lokal ke permukaan ditujukan menjadi pemicu kreativitas bagi para periset di lingkungan BRIN untuk dapat melakukan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan teknologi atas suatu pengetahuan lokal atau produk melalui kegiatan riset dan inovasi.
Saat ini program akuisisi pengetahuan lokal telah memasuki tahun kelima sejak kali pertama diselenggarakan pada 2020 yang saat itu diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Baca juga: BRIN uji coba Observatorium Nasional Timau di NTT pada pertengahan 2024
Lebih lanjut dia menyampaikan program akuisisi itu bukan artinya BRIN membeli penuh hak cipta dari kreator produk, tetapi BRIN membeli izin untuk menyebarluaskan kepada masyarakat.
Baca juga: BRIN ungkap ada banyak sesar aktif besar mengapit Sumedang
"Pada 2024 program itu lebih meningkatkan kualitas dari setiap karya yang akan diakuisisi. Selain itu juga akan meningkatkan upaya kolaboratif dengan berbagai pihak dalam upaya penjaringan konten," papar Amarulla.
Baca juga: BRIN uji coba Observatorium Nasional Timau di NTT pada pertengahan 2024
BRIN melibatkan peran aktif seluruh masyarakat baik peneliti, dosen, mahasiswa, pelajar, maupun komunitas dan penggiat literasi serta kebudayaan yang notabene sebagai kreator atau penulis.
Deputi Bidang Fasilitasi Riset dan Inovasi BRIN Agus Haryono mengatakan pihaknya memberikan insentif untuk setiap akuisisi konten pengetahuan lokal. Apabila nanti produknya diterima dan diakusisi, maka yang paling tinggi untuk buku akan mendapatkan insentif sebesar Rp20 juta dan paling rendah Rp6 juta.
Sedangkan untuk produk audio-visual atau video, produk yang paling tinggi akan mendapatkan insentif Rp20 juta untuk film dokumenter dan yang paling rendah adalah Rp5 juta untuk film fiksi dan dokumentasi kreatif serta inovatif yang dihasilkan.
"Ada pakar atau reviewer yang akan menilai produk dari bapak ibu sekalian nanti akan masuk grid yang mana dan akan ditetapkan nominal insentifnya," kata Agus.
"Ada pakar atau reviewer yang akan menilai produk dari bapak ibu sekalian nanti akan masuk grid yang mana dan akan ditetapkan nominal insentifnya," kata Agus.
Lebih lanjut dia menyampaikan program akuisisi itu bukan artinya BRIN membeli penuh hak cipta dari kreator produk, tetapi BRIN membeli izin untuk menyebarluaskan kepada masyarakat.
Baca juga: BRIN ungkap ada banyak sesar aktif besar mengapit Sumedang
Pada kreator sebagai pemilik hak cipta dari konten buku atau konten audio-visual masih diperkenankan untuk menyebarluaskan bekerja sama dengan penerbit lain.
Di sisi lain, BRIN mendapat hak untuk menyebarluaskan kepada masyarakat luas agar masyarakat bisa mendapatkan akses ilmu pengetahuan secara gratis.
"Data selama ini yang paling banyak akses tertinggi itu di bidang kalau untuk buku bidang energi, kemudian bahasa, dan kesehatan. Tetapi kalau untuk subjek tertentu paling banyak bidang kesehatan dan hayati, serta energi," kata Agus.
"Hal ini terlihat masyarakat ingin mendapatkan informasi terkait dengan informasi-informasi kesehatan yang kami akuisisi dalam bentuk buku maupun audio-visual, terutama tahun 2021-2022 saat era pandemi," ucapnya.