"Ditargetkan paling lambat pertengahan 2024 ini sudah mulai diujicobakan," ujarnya dalam pernyataan yang dikutip di Jakarta, Senin.
Baca juga: BRIN ungkap ada banyak sesar aktif besar mengapit Sumedang
Thomas menjelaskan pembangunan observatorium nasional tersebut molor karena terkendala pembangunan jalan.
Rencana semula pembangunan jalan dilakukan pada tahun 2020, namun proyek pembangunan jalan baru bisa dimulai pada tahun 2021 akibat terganggu pandemi COVID-19.
Lokasi observatorium berada di daerah terpencil yang jauh dari jalan raya mengharuskan pembangunan jalanan terlebih dahulu.
Menurutnya kualitas jalan yang sangat dibutuhkan untuk menunjang pengangkutan teleskop. Proyek jalan menuju observatorium mendapat bantuan dari Kementerian PUPR, Pemerintah Provinsi NTT, dan Pemerintah Kupang.
Baca juga: BRIN kembangkan varietas baru sorgum manis untuk bioetanol bahan bakar rendah emisi
Teleskopnya baru bisa dibawa dan didatangkan pada 2022. Lalu, tahun 2023 (teleskop) bisa dipasang tetapi belum tuntas karena masih ada cermin utama dan cermin ketiga yang belum dipasang," kata Thomas.
BRIN membangun Observatorium Nasional di Amfoang karena lokasi itu memiliki malam tercerah yang paling panjang sekitar 65 persen dalam setahun.
Observatorium Nasional Timau merupakan observatorium untuk pengamatan antariksa yang mempunyai fasilitas utama berupa teleskop optik dengan diameter 3,8 meter dan teleskop radio berbentuk parabola dengan diameter 20 meter.
Baca juga: BRIN ingatkan potensi ikan untuk mengatasi stunting pada anak
Teleskop optik berdiameter 3,8 meter itu jauh lebih besar ketimbang teleskop yang saat ini dimiliki oleh Thailand berukuran 2,4 meter. Ukuran teleskop yang besar dapat mempertajam penglihatan terhadap benda-benda langit yang memiliki cahaya lebih redup.
Observatorium Nasional Timau juga memiliki dua teleskop optik berukuran kecil dengan diameter 50 sentimeter, antena dipole array berukuran 100 meter x 100 meter, dan magnetometer.