Jakarta (ANTARA) - Kementerian Komunikasi dan Informatika menilai peluncuran Satelit Republik Indonesia 1 (SATRIA-1) menjadi tonggak sejarah pemerataan pembangunan infrastruktur digital, terutama di pusat-pusat layanan publik di Tanah Air.
"Suatu sejarah perjalanan bangsa untuk memeratakan pembangunan, terutama infrastruktur digital di pusat-pusat layanan publik melalui peluncuran SATRIA-1," ujar Kepala Balitbang SDM Kemenkominfo Hary Budiarto di Jakarta, Senin.
Baca juga: SATRIA-1 satelit internet pertama milik Indonesia sukses meluncur ke angkasa dari Florida
Pengadaan teknologi fiber optik untuk memenuhi bandwidth di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) serta lokasi-lokasi layanan publik tidak selamanya visible dilakukan di negara kepulauan seperti Indonesia yang memiliki 17.000 pulau, terutama dari aspek teknis, waktu, dan biaya.
SATRIA-1 sukses meluncur ke angkasa pada pukul 18.21 waktu setempat dari Cape Canaveral Space Lauch Complex 40 (SLC 40), Florida, Amerika Serikat. Setelah berhasil meluncur, nantinya satelit yang disiapkan untuk menghadirkan internet bagi masyarakat Indonesia di wilayah 3T itu akan mengisi orbit di 146 Bujur Timur (BT).
Setelah berada di 146 derajat BT, PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) bersama Thales Alenia Space (TAS) akan melakukan In-Orbit Testing untuk memastikan perangkat Satelit SATRIA berfungsi dengan normal pascapeluncuran. Tahap ini diperkirakan memakan waktu tiga minggu. Tahapan selanjutnya, PSN menjalankan In-Orbit Acceptance Review (IOAR). Peninjauan IOAR akan dilaksanakan pada pekan pertama Desember 2023.
Masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan kapasitas internet SATRIA-1 secara bertahap mulai Januari 2024.
Baca juga: BAKTI Kemkominfo sudah siapkan langkah mitigasi apabila SATRIA-1 alami anomali
Peluncuran SATRIA-1, tonggak infrastruktur digital
Senin, 19 Juni 2023 7:59 WIB