Cikarang, Bekasi (ANTARA) - Pemerintah mendorong penggunaan alat kesehatan produksi dalam negeri guna meningkatkan kegiatan ekonomi nasional sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap barang impor.
"Jika selisih harganya tidak terlalu besar, seharusnya produk dalam negeri lebih diutamakan," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat meninjau pabrik alat kesehatan PT PHC Indonesia di Kawasan Industri MM 2100, Cikarang, Jawa Barat, Kamis (10/6).
Baca juga: UI serahkan alat kesehatan untuk manula di tengah pandemi COVID-19
Budi mengaku banyak produk lokal yang mampu bersaing dari sisi kualitas namun dari segi harga, produk dalam negeri masih kalah bersaing sehingga pangsa pasarnya masih di bawah 10 persen.
"Untuk itu, kita akan berupaya memberi kemudahan kepada produk lokal, namun dalam target waktu tertentu misalnya tiga tahun. Setelah itu, produk lokal harus mampu bersaing," katanya.
"Mekanisme lelang pengadaan alat kesehatan oleh instansi pemerintah juga harus lebih memberi ruang yang lebih luas bagi pelaku industri dalam negeri," imbuh dia.
Menurut dia peluang pasar produk alat kesehatan masih sangat terbuka karena kebutuhan dalam negeri juga sangat besar seperti alat ukur gula darah, ventilator, hingga penyimpanan vaksin. Pemerintah akan terus berupaya memperbanyak suplai produk-produk tersebut.
"Alat ukur darah, kita butuh lebih banyak lagi screening dan testing, itu pasti banyak. Untuk vaksinasi khan ini banyak tempat penyimpanan vaksin. Kemudian ventilator, saya juga sudah lihat. Kemarin di Kudus dan Bangkalan lagi meledak, itu masing-masing kita kirim 30 unit produksi dalam negeri, itu pun sudah habis, barangnya sudah tidak ada," kata dia.
Baca juga: PMI Tangerang gunakan teknologi sinar UV untuk sterilisasi tempat dan alat kesehatan
Wakil Ketua DPR RI Korinbang Rachmat Gobel mengapresiasi langkah strategis yang akan dilakukan Menteri Kesehatan. Dia menilai pemerintah memang perlu memberi perhatian dan stimulus yang lebih besar bagi pengembangan industri alat kesehatan nasional karena sampai saat ini ketergantungan terhadap impor sangat besar hingga di atas 90 persen.
Rachmat mengaku langkah ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada pasar luar negeri namun juga menggerakkan ekonomi dan membuka lapangan kerja.
Baca juga: Indonesia akan menerima 33 ventilator dari UNDP, WHO, IOM
"Potensi industri alat kesehatan nasional sesungguhnya sangat besar untuk itu perlu digarap secara lebih serius. Industri ini memang berbasis riset sehingga pengembangan membutuhkan biaya besar karena itu perlu dukungan penuh dari pemerintah," kata dia.(KR-PRA).
Pemerintah dorong penggunaan alat kesehatan produksi dalam negeri urangi ketergantungan impor (video)
Kamis, 10 Juni 2021 21:05 WIB
Jika selisih harganya tidak terlalu besar, seharusnya produk dalam negeri lebih diutamakan.