Jakarta, (Antaranews Bogor) - Kader PDI Perjuangan yang juga salah satu deklarator gerakan PDIP Pro Jokowi (Projo) Fahmi Habsyi menegaskan bahwa Projo yang saat ini berstatus organisasi kemasyarakatan (Ormas) tidak perlu menjadi partai politik.
"PDIP Projo dideklarasikan sebagai dialektika politik internal ketika Bu Mega belum memutuskan apa-apa, dan setelah Bu Mega mencapreskan Jokowi, sebagai kader kita tegak lurus mengawalnya hingga saat ini," kata Fahmi menanggapi adanya wacana pembentukan Partai Pro Jokowi, di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan, sejak Megawati Soekarnoputri menyetujui Jokowi menjadi calon presiden dari PDI Perjuangan, ia tidak aktif lagi dalam ormas Projo.
"Bagi saya, Jokowi itu salah satu catatan emas sejarah tentang kesuksesan sebuah partai mendorong kadernya menerima estafet kepemimpinan nasional," katanya.
"Coba dari era Soekarno hingga saat ini, adakah mantan presiden Indonesia dan partai yang sukses menyiapkan kadernya jadi presiden? Ruh PDI Perjuangan ada dalam semangat Marhaen Jokowi,"ujarnya.
Menurut dia, kerelaan dan kecerdasan emosional Mega dan kader PDIP yang lain untuk tidak memaksakan diri maju sebagai presiden ataupun sebagai wapres bersama capres yang lain, ternyata menjadi penghalang kemenangan lawan politik PDIP saat pilpres dan pileg.
"Saya pikir partai kader seperti ini yang ditakuti lawan politik tahun 2019," tandasnya
Lebih lanjut Direktur Eksekutif Pusat Kajian (Pusaka) Trisakti ini mengatakan bahwa Jokowi sadar yang dibutuhkan saat ini dukungan partai-partai yang punya kursi di parlemen dan komunikasi politik yang baik dengan semua partai agar program bisa berjalan, termasuk dengan PDI Perjuangan sebagai pondasi dasar "kawah candradimuka" Jokowi yang diusung sejak dari Solo, DKI, hingga jadi Presiden.
"Jika kerja Jokowi sukses memimpin NKRI maka PDIP ikut harum, tapi jika Jokowi gagal maka PDIP ikut kena getahnya pada pemilu 2019," katanya.
Ia menegaskan bahwa kontrak politik Jokowi dengan rakyat harus dikawal PDIP dan ormas-ormas relawan agar kontrak itu diperpanjang oleh rakyat pada periode 2019-2024.
"Menurut saya, Indonesia Baru yang ditunggu rakyat dari energi Jokowi saat ini," katanya.
Sejumlah relawan Jokowi, salah satunya Projo, berkeinginan mendirikan partai baru untuk mendukung Presiden Jokowi karena menilai partai-partai pengusung mantan Gubernur DKI itu dalam pilpres lalu justru mengganggu kinerja Jokowi sebagai presiden.
Ketua DPC Ormas Projo Solo Sugeng Setyadi bahkan berani bicara lahirnya partai baru `Pro Jokowi` tersebut tinggal menunggu peluit.
Deklarator Projo tak setuju pembentukan partai baru
Rabu, 4 Februari 2015 16:03 WIB
"Saya pikir partai kader seperti ini yang ditakuti lawan politik tahun 2019,"