Tri Widiastuti yang juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila Jakarta usai pengukuhan, Kamis mengatakan Indonesia masih sangat kekurangan guru besar akuntansi sehingga gelar akademis tersebut masih langka.
"Akuntansi ilmu yang sulit jadi banyak yang terjun ke profesi bukan akademisi," katanya.
Ia mengatakan dengan terjun kebidang profesi insentif yang didapat dari kerja tersebut lebih besar dibandingkan dengan berkair di akademisi.
"Jadi banyak yang kerja di bank dibanding menjadi dosen," katanya.
Sejak 1953 Indonesia baru memiliki 100 guru besar akuntansi dari jumlah tersebut 9 orang sudah tutup usia, sedangkan 26 orang sudah berusia diatas 65 tahun. Jadi saat ini hanya terdapat 65 guru besar akuntansi yang masih aktif.
Tri Widiastuti merupakan guru besar Universitas Pancasila ke-13 dan merupakan guru besar ke-2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila.
Dalam pidato pengukuhannya Tri yang berjudul `Dampak Fraud Terhadap Kerugan Negara dan Startegi Mengatasinya` mengatakan fraud dan mismanagement yang telah dilakukan berthaun-tahun mengakibatkan kebocoran keuangan negara yang mengakibatkan kerugian negara.
"Seharusnya dana kebocoran ini dapat digunakan untuk kepentingan rakyat," kata Tri yang juga menjabat sebagai Direktur Utama PT Tomboe Banyoe yang bergerak dalam bidang Trade and Commerce.
Fraud merupakan bentuk kecurangan untuk mendapatkan keuntungan pribadi maupun lembaga atau organisasi. Kecurangan yang bersifat lembaga lebih komplek dibandingkan dengan perorangan.
Menurut Tri, fraud dapat dikontrol dan dijaga sehingga tidak semakin berkembang dan merugikan organisasi pemerintah tersebut.
Cara mengontrol dan menjaga agar tidak terjadi fraud yaitu mengendalikan suasana kerja yang baik dilingkungan kerja antara lain dengan menanamkan etika kerja dan peningkatan kesejahteraan karyawan. Selain itu dengan cara menghilangkan kesempatan untuk melakukan fraud dengan cara pengawasn internal yang ketat.