Jakarta (Antaranews Megapolitan) - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia dan Kementerian Lingkungan Hidup Jepang menyelenggarakan pertemuan kerjasama Indonesia-Jepang dalam pembangunan Fasilitas Pengolah Sampah Menjadi Energi di Jakarta, Senin.
Itu menjadi pertemuan ketiga kali, diselenggarakan untuk mempercepat pembangunan proyek infrastruktur energi asal sampah. Teknologi Pembangkit Listrik asal Sampah (PLTSa) sudah banyak berhasil diterapkan dibanyak negara di dunia termasuk Jepang.
Bahkan Jepang sendiri telah membangun PLTSa lebih dari 1000 pembangkit. Hal ini salah satu alasan mengapa Pemerintah Indonesia menggandeng Pemerintah Jepang.
Deputi Koordinasi Bidang Infrastruktur Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Ridwan Djamaluddin mengatakan bahwa pertemuan yang ketiga ini telah menunjukan kemajuan yang sangat berarti.
Baca: Jasa angkutan sampah swasta marak di Karawang
Baca: Penggunaan tujuh armada sampah Karawang dikuasai yayasan
Hal tersebut ditandai dengan beberapa dilaksanakannya serangkaian agenda penting dalam acara tersebut. Pertama, penyerahan Surat Penugasan Harga Listrik untuk PLTSa Solo dan Surabaya dari Kementerian ESDM kepada PLN.
Kedua, penandatanganan MoU Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) dengan Kemenko Perekonomian tentang Proyek Legok Nangka.
Sedangkan yang ketiga, penyerahan draft PPA Legok Nangka dari PLN kepada Ketua Tim Teknis Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan.
"Kami berharap impelementasinya dapat dilakukan segera, kalau ada kekurangan atau penyesuaian administratif akan disesuaikan," ujar Ridwan dalam keterangan resmi yang diterima Antara di Jakarta, Senin.
Baca: Dinas tidak menentukan jumlah armada sampah swasta
Baca: Tempat pembuangan sampah liar bermunculan di Karawang
Ridwan menambahkan, perkembangan proyek PLTSa yang paling maju ada di Provinsi DKI yang ditandai dengan "ground breaking" di kawasan Sunter pada Mei lalu.
"Saat ini yang akan kita kejar untuk Legok Nangka di Jawa Barat," kata Ridwan.
Ridwan tetap optimis proyek ini akan berjalan meskipun waktu menuju ke tahap konstruksi masih cukup membutuhkan waktu. Namun menurutnya kepastian berjalannya proyek ini sudah terlihat.
Sebagai informasi, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan Proyek PLTSa juga masuk dalam daftar proyek strategis nasional (PSN).
Pemerintah juga telah menambah proyek PLTSa di 8 kota menjadi 12 kota dalam Perpres tersebut. Adapun 12 kota yang dimaksud antara lain, DKI Jakarta, Tangerang, Tangerang Selatan, Bekasi, Bandung, Semarang, Surakarta, Surabaya, Makassar, Denpasar, Palembang, dan Manado.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Itu menjadi pertemuan ketiga kali, diselenggarakan untuk mempercepat pembangunan proyek infrastruktur energi asal sampah. Teknologi Pembangkit Listrik asal Sampah (PLTSa) sudah banyak berhasil diterapkan dibanyak negara di dunia termasuk Jepang.
Bahkan Jepang sendiri telah membangun PLTSa lebih dari 1000 pembangkit. Hal ini salah satu alasan mengapa Pemerintah Indonesia menggandeng Pemerintah Jepang.
Deputi Koordinasi Bidang Infrastruktur Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Ridwan Djamaluddin mengatakan bahwa pertemuan yang ketiga ini telah menunjukan kemajuan yang sangat berarti.
Baca: Jasa angkutan sampah swasta marak di Karawang
Baca: Penggunaan tujuh armada sampah Karawang dikuasai yayasan
Hal tersebut ditandai dengan beberapa dilaksanakannya serangkaian agenda penting dalam acara tersebut. Pertama, penyerahan Surat Penugasan Harga Listrik untuk PLTSa Solo dan Surabaya dari Kementerian ESDM kepada PLN.
Kedua, penandatanganan MoU Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) dengan Kemenko Perekonomian tentang Proyek Legok Nangka.
Sedangkan yang ketiga, penyerahan draft PPA Legok Nangka dari PLN kepada Ketua Tim Teknis Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan.
"Kami berharap impelementasinya dapat dilakukan segera, kalau ada kekurangan atau penyesuaian administratif akan disesuaikan," ujar Ridwan dalam keterangan resmi yang diterima Antara di Jakarta, Senin.
Baca: Dinas tidak menentukan jumlah armada sampah swasta
Baca: Tempat pembuangan sampah liar bermunculan di Karawang
Ridwan menambahkan, perkembangan proyek PLTSa yang paling maju ada di Provinsi DKI yang ditandai dengan "ground breaking" di kawasan Sunter pada Mei lalu.
"Saat ini yang akan kita kejar untuk Legok Nangka di Jawa Barat," kata Ridwan.
Ridwan tetap optimis proyek ini akan berjalan meskipun waktu menuju ke tahap konstruksi masih cukup membutuhkan waktu. Namun menurutnya kepastian berjalannya proyek ini sudah terlihat.
Sebagai informasi, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan Proyek PLTSa juga masuk dalam daftar proyek strategis nasional (PSN).
Pemerintah juga telah menambah proyek PLTSa di 8 kota menjadi 12 kota dalam Perpres tersebut. Adapun 12 kota yang dimaksud antara lain, DKI Jakarta, Tangerang, Tangerang Selatan, Bekasi, Bandung, Semarang, Surakarta, Surabaya, Makassar, Denpasar, Palembang, dan Manado.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018