Universitas Pancasila mengukuhkan dua guru besar yaitu Guru Besar Dalam Bidang Ilmu Teknik Mesin (Energi Terbarukan) Fakultas Teknik Universitas Pancasila La Ode Muhmmad Firman.
Dan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Pancasila Dede Lia Zariatin.
Dalam orasi ilmiahnya La Ode Muhmmad Firman di Kampus UP Jakarta, Rabu mengatakan energi terbarukan berupa Waste to Energy, Energi Surya dan Biomassa serta energi air, sangat melimpah di setiap wilayah perkotaan atau pun pedesaan.
Itulah sebabnya energi terbarukan tersebut dinilai penting serta sangat layak dikembangkan dan diterapkan, agar mengurangi penggunaan bahan bakar konvensional.
Baca juga: Dekan Psikologi UP sebut ilmu psikologi beri pendampingan kemajuan teknologi
Baca juga: Rektor UP: Wisudawan diharapkan dapat adaptif menuju Indonesia Emas 2045
Untuk itu pengembangan dan penerapan peralatan pengelolaan sampah untuk menghasilkan waste to energy, termasuk mesin pengering serba guna dapat menjadi modal pengetahuan.
Sehingga pada Penelitian dan Pengabdian kepada masyarakat (PkM) berikutnya diharapkan dapat dibangun skala produksi di suatu kawasan tentang Taman Pendidikan dan Industri Pengelolaan Sampah Mandiri Energi Terbarukan.
Sedangkan Dede Lia Zariatin mengatakan teknologi manufaktur dan otomasi memiliki peranan yang sangat penting dalam pengembangan dan implementasi pembangkit listrik EBT, seiring dengan upaya mencari sumber energi yang bersih dan berkelanjutan.
Potensi EBT di Indonesia sangat besar, namun pemanfaatannya baru 0,3 persen. Perkembangan teknologi manufaktur dan otomasi telah membuka peluang peningkatan efisiensi dan kinerja dari pembangkit listrik EBT, namun masih banyak tantangan yang harus dihadapi.
Baca juga: UP-Robotic Explorer gelar lomba Indonesia National Robothon Challenge
Beberapa tantangan perkembangan tersebut di antaranya adalah rendahnya efisiensi pembangkitan listrik, ketergantungan terhadap material yang mahal, belum ramah terhadap lingkungan terkait dengan pembukaan lahan dan pembangunan infrastruktur, dan biaya investasi awal yang tinggi.
Tantangan yang dihadapi dalam inovasi teknologi manufaktur dan otomasi dalam mendukung pengembangan pembangkit listrik adalah pembangkit listrik hybrid yang menggabungkan
Peran Teknologi Manufaktur dan Otomasi dalam Pengembangan Pembangkit Listrik Energi Baru dan Terbarukan pembangkit listrik tenaga surya dengan tenaga air dan tenaga angin, metode produksi yang bersih dan ramah lingkungan.
Dengan memanfaatkan material alam (green material) yang mudah didaur ulang, integrasi teknologi manufaktur dengan memanfaatkan kecerdasan buatan dalam pemilihan parameter proses yang optimal yang dapat mengurangi biaya operasional dan meningkatkan efisiensi pembangkitan energi listrik EBT.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
Dan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Pancasila Dede Lia Zariatin.
Dalam orasi ilmiahnya La Ode Muhmmad Firman di Kampus UP Jakarta, Rabu mengatakan energi terbarukan berupa Waste to Energy, Energi Surya dan Biomassa serta energi air, sangat melimpah di setiap wilayah perkotaan atau pun pedesaan.
Itulah sebabnya energi terbarukan tersebut dinilai penting serta sangat layak dikembangkan dan diterapkan, agar mengurangi penggunaan bahan bakar konvensional.
Baca juga: Dekan Psikologi UP sebut ilmu psikologi beri pendampingan kemajuan teknologi
Baca juga: Rektor UP: Wisudawan diharapkan dapat adaptif menuju Indonesia Emas 2045
Untuk itu pengembangan dan penerapan peralatan pengelolaan sampah untuk menghasilkan waste to energy, termasuk mesin pengering serba guna dapat menjadi modal pengetahuan.
Sehingga pada Penelitian dan Pengabdian kepada masyarakat (PkM) berikutnya diharapkan dapat dibangun skala produksi di suatu kawasan tentang Taman Pendidikan dan Industri Pengelolaan Sampah Mandiri Energi Terbarukan.
Sedangkan Dede Lia Zariatin mengatakan teknologi manufaktur dan otomasi memiliki peranan yang sangat penting dalam pengembangan dan implementasi pembangkit listrik EBT, seiring dengan upaya mencari sumber energi yang bersih dan berkelanjutan.
Potensi EBT di Indonesia sangat besar, namun pemanfaatannya baru 0,3 persen. Perkembangan teknologi manufaktur dan otomasi telah membuka peluang peningkatan efisiensi dan kinerja dari pembangkit listrik EBT, namun masih banyak tantangan yang harus dihadapi.
Baca juga: UP-Robotic Explorer gelar lomba Indonesia National Robothon Challenge
Beberapa tantangan perkembangan tersebut di antaranya adalah rendahnya efisiensi pembangkitan listrik, ketergantungan terhadap material yang mahal, belum ramah terhadap lingkungan terkait dengan pembukaan lahan dan pembangunan infrastruktur, dan biaya investasi awal yang tinggi.
Tantangan yang dihadapi dalam inovasi teknologi manufaktur dan otomasi dalam mendukung pengembangan pembangkit listrik adalah pembangkit listrik hybrid yang menggabungkan
Peran Teknologi Manufaktur dan Otomasi dalam Pengembangan Pembangkit Listrik Energi Baru dan Terbarukan pembangkit listrik tenaga surya dengan tenaga air dan tenaga angin, metode produksi yang bersih dan ramah lingkungan.
Dengan memanfaatkan material alam (green material) yang mudah didaur ulang, integrasi teknologi manufaktur dengan memanfaatkan kecerdasan buatan dalam pemilihan parameter proses yang optimal yang dapat mengurangi biaya operasional dan meningkatkan efisiensi pembangkitan energi listrik EBT.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024