Menurut data survei Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) angka kejadian karies gigi pada anak sebesar 60% -90% (Sinaga, 2013). Di Indonesia, prevalensi karies gigi menurut kelompok usianya, usia 3 tahun 60%, usia 4 tahun 85% dan usia 5 tahun 86,4%. Berdasarkan hasil penjaringan kesehatan gigi Puskesmas Tegal Gundil di wilayah Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor kejadian karies pada anak usia pra sekolah tahun 2015 53,1%; 2016 56,6% dan 2018 meningkat menjadi 63,2%.
Indikator keberhasilan Puskesmas dalam memberi layanan diatur dalam instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP). Instrumen PKP Puskesmas Tegal Gundil tahun 2018 yang belum tercapai adalah cakupan penanganan siswa TK yang membutuhkan perawatan kesehatan gigi dengan angka 56,5% dan cakupan penanganan siswa SD yang membutuhkan perawatan kesehatan gigi dengan angka 27,1%.
Hal ini terjadi karena angka kejadian ECC terus meningkat dari tahun ke tahun dan instrumen PKP hanya mengatur pembinaan kesehatan gigi orang tua padaUpaya Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM) dan tidak pada Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS).
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis mengembangkan kegiatan pembinaan/intervensi kesehatan gigi langsung pada orang tua, khususnya ibu. Diharapkan dengan dilakukan pembinaan perilaku kesehatan gigi ibu dapat berubah menjadi lebih baik, angka kejadian ECC dapat ditekan dan anak-anak yang membutuhkan perawatan kesehatan gigi semakin berkurang.
Untuk memudahkan penyampaian informasi digagaslah tema lokal, agar lebih mudah diingat dan diserap informasinya. Maka lahirlah ASINAN BOGOR (Asah Indungna Ambeh Botolna Digolerkeun) di Puskesmas Tegal Gundil Kecamatan Bogor Utara.
Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan Asah adalah melatih atau mengajarkan, Indungna adalah ibunya (ibu dari anak pra sekolah), Ambeh adalah agar, Botolna adalah botol susu/dot, Digolerkeun adalah diletakkan atau tidak digunakan. Maksudnya mengajarkan ibu agar tidak menggunakan botol sebagai media minum susu atau minuman manis lainnya.Pesan dari Asinan Bogor adalah:
1. Stopbotol sebagai media minum susu atau minuman manis lainnya, tidak diberikan sebagai pengantar tidur dan diantara waktu tidur.
2. Sikat gigi dua kali sehari, pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.
3. Periksa ke dokter gigi enam bulan sekali.
Pesan ini yang akan selalu disampaikan pada berbagai macam kegiatan Asinan Bogor.
Apa saja kegiatan Asinan Bogor yang dikembangkan di Puskesmas Tegal Gundil?
a. Pertemuan Orang tua Murid dan Guru (POMG)
Setelah kegiatan penjaringan petugas (dokter gigi) melaporkan hasil kegiatan kepada Kepala Sekolah atau guru UKS. Dilakukan diskusi tentang perlunya melakukan pembinaan/intervensi kesehatan gigi langsung pada orang tua/ibu. Disepakati untuk menjadwalkan dokter gigi masuk ke dalam Pertemuan Orang tua Murid dan Guru (POMG). Kegiatan bertempat di Aula sekolah/ruang kelas.
Untuk mengevaluasi pemahaman dan kemampuan menyerap orang tua terhadap materi yang diberikan dibuat alat bantu, dalam bentuk kuesioner. Disebarkan sebelum dan sesudah intervensi pada orang tua murid. Sebagai contoh setelah dilakukan pembinaan kesehatan gigi/intervensi pada 71 orang tua murid TK Kuncup Harapan, maka dilakukan evaluasi enam bulan kemudian dengan menggunakan alat bantu, yaitu kuesioner dan didapat hasil sebagai berikut:
Tabel Hasil Kegiatan Asinan Bogor
NO |
MATERI |
SEBELUM INTERVENSI |
SETELAH INTERVENSI |
1 |
Pemberian susu formula dengan botol sebagai pengantar tidur dan diantara waktu tidur |
80% |
50% |
2 |
Waktu sikat gigi anak pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur |
10% |
23% |
3 |
Menemani anak saat menyikat gigi |
50% |
90% |
4 |
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan, periksa ke dokter gigi enam bulan sekali |
30% |
40% |
5 |
Pengetahuan jumlah gigi susu dan waktu tumbuhnya |
50% |
90% |
6 |
Pengetahuan jumlah gigi permanen dan waktu tumbuhnya |
10% |
70% |
b. Kegiatan strategis lain
Agar dapat benar-benar menekan angka karies, bahkan memutus rantai karies kegiatan intervensi masuk ke fase sebelum anak dilahirkan, yaitu: Kelas Calon Pengantin (KUA) Kelas Ibu Hamil (Posyandu) dan kegiatan strategis lain, seperti: Lokmin Kader Posyandu (Kelurahan), Minggon (Kecamatan), Siaran (Stasiun radio) dan lain-lain.Sasaran kegiatan menjadi beragam, bukan hanya orang tua murid/ibu namun meliputi calon orang tua (calon pengantin, ibu hamil), kader posyandu, Camat, Lurah dan masyarakat umum.
Kegiatan Asinan Bogor meliputi pemberian penyuluhan tatap muka yang dilakukan oleh petugas (dokter gigi) dengan tenik visualisasimenggunakan media power point agar mudah dipahami, dilanjutkan diskusi dua arah (tanya jawab).Media pendukung informasi, yaitu selebaran (leaflet) dan lembar tempel (stiker), diberikan kepada peserta penyuluhan/sasaran agar informasi yang didapat saat penyuluhan bisa dibaca kembali dirumah, dipahami, diterapkan dan ditularkan ke lingkungan sekitar.
Selain penyuluhan tatap muka, dilakukan juga penyampaian informasi melalui media online (WA group RW, Facebook). Kegiatan dilakukan agar pesan lebih mudah disebarkan dan lebih banyak lagi yang menerima informasi dan diharapkan akan mengadopsi perilaku kesehatan gigi yang benar, khususnya dalam pemilihan media untuk minum susu dan angka kejadian ECC dapat ditekan.
Pendistribusian stiker Asinan Bogor juga dilakukan pada kegiatan rutin dalam dan luar gedung, antara lain saat Kunjungan pertama (K1) ibu hamil ke Unit Pelayanan Gigi dan Posyandu. Setelah diberi penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan gigi lalu petugas (dokter gigi/perawat gigi) menempelkan stiker Asinan Bogor pada buku pink Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Kegiatan ini dilakukan agar pesan dari Asinan Bogor terus diingat oleh ibu hamil (calon orang tua) dan orang dewasa di sekeliling anak usia dini.
Asinan Bogor adalah kegiatan intervensi kesehatan gigi pada orang tua, khususnya ibu, calon orang tua (calon pengantin, ibu hamil) agar tidak menggunakan botol sebagai media minum susu atau minuman manis lainnya. Tujuannya untuk menekan angka prevalensi karies yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Sasaran utama kegiatan ini adalah ibu, dengan asumsi ibu adalah pendidik pertama dan utama bagi anaknya. Sehingga apabila dilakukan intervensi berupa pendidikan kesehatan gigi pada ibu, diharapkan perilaku kesehatan gigi vang benar akan diteruskan kepada anaknya. Untuk keberhasilan kegiatan ini juga memberdayakan masyarakat, seperti kader dan membutuhkan dukungan dari lintas sektor seperti camat, lurah, kua, sekolah dan toma. (Advertorial)
Kota Bogor pastibisa….Bogor Berlari !!!
Oleh: Drg. Astrid Dewi Prabaningtyas, Dokter Gigi FungsionalPuskesmas Tegal Gundil Kota Bogor.