Jakarta (ANTARA) - Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto menegaskan masa depan ekonomi Indonesia ditentukan oleh perguruan tinggi sebagai pusat aktivitas riset dan inovasi.
"Indonesia tidak mungkin menjadi negara maju jika hanya mengandalkan sektor ekstraktif. Pertumbuhan berkelanjutan hanya bisa dicapai lewat industrialisasi berbasis riset, dan riset terbaik lahir di kampus," kata Mendiktisaintek Brian Yuliarto melalui keterangan di Jakarta, Senin.
Mendiktisaintek memaparkan data yang menunjukkan hubungan langsung antara kekuatan universitas dan kemajuan ekonomi.
China, kata dia, kini mencatat Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita di atas 12.000 dolar AS dan memiliki banyak kampus yang masuk 100 besar dunia, sedangkan Malaysia berada di kisaran 11.000 dolar AS per kapita dengan beberapa kampus masuk 200–500 besar dunia.
Baca juga: Mendiktisaintek dorong kolaborasi nasional pemanfaatan logam tanah jarang
Baca juga: Mendiktisaintek: Hubungan hasil riset kampus dan industri masih lemah
Dalam kasus Indonesia, kata Mendiktisaintek, baru memiliki satu universitas di peringkat 101–200 QS serta beberapa kampus lain di rentang 201–500.
"Indonesia memiliki fondasi kuat, hampir 10 juta mahasiswa dan lebih dari 300 ribu dosen unggul yang dipimpin. Tantangannya adalah bagaimana mengorkestrasi kekuatan ini agar menghasilkan daya saing yang nyata," ujar Mendiktisaintek Brian Yuliarto.
