Bogor (ANTARA) - Di balik rutinitas sehari-hari kesehatan seringkali datang tanpa aba-aba, begitulah yang dialami Raudhotuzahra Aulia Putri (21) seorang peserta BPJS Kesehatan yang datang langsung ke kantor cabang untuk mengurus perubahan kelas kepesertaan dari kelas 3, ia kini memilih pindah ke kelas 2 demi kenyamanan, pengalaman sakit usus buntu yang pernah ia alami membuatnya sadar betapa pentingnya menyesuaikan kelas dengan kebutuhan.
“Dulu saya pilih kelas 3 karena biayanya paling ringan, tapi waktu sakit usus buntu saya lihat langsung bedanya fasilitas di rumah sakit. Memang semua pasien tetap ditangani dengan baik tapi saya merasa lebih tenang naik ke kelas 2. Supaya kalau kondisi darurat bisa jadi lebih nyaman untuk saya dan keluarga,” ucapnya, Senin (13/10).
Sesuai aturan BPJS memang diberi keleluasaan untuk memilih kelas kepesertaan, mulai dari kelas 1, kelas 2, hingga kelas 3. Perbedaan utamanya terletak pada besaran iuran bulanan dan fasilitas ruang perawatan. Zahra sempat merasakan perawatan dengan kelas 3 saat menjalani pengobatan usus buntu. Kini ia memutuskan untuk naik kelas agar merasa lebih tenang jika nanti melakukan operasi dan rawat inap.
Baca juga: Pentingnya BPJS: Ibu Rumah Tangga Ini Sadar Setelah Pernah Terblokir
“Kalau di pikir-pikir biaya operasi usus buntu itu bisa jutaan bahkan belasan juta rupiah, semua ditanggung BPJS. Jadi saya bersyukur banget, sekarang saya anggap wajar bayar iuran sedikit lebih tinggi untuk kelas 2, karena manfaatnya sudah jelas terbukti,” ungkapnya.
Operasi usus buntu termasuk tindakan medis yang cukup sering terjadi di indonesia. Dengan adanya BPJS Kesehatan, pasien tidak perlu khawatir soal biaya. Baik peserta kelas 1, 2, maupun 3, semuanya tetap dijamin. Namun perbedaan kenyamanan perawatan membuat sebagian peserta, seperti Zahra memilih untuk menyesuaikan kelas dengan kondisi finansial dan kebutuhan keluarga.
“Proses pindah kelas juga gampang, saya datang langsung ke kantor BPJS bawa KTP dan kartu. Petugasnya ramah dijelaskan sangat detail soal iuran dan aturan. Saya jadi lebih jelas dan paham, sekarang saya sudah resmi pindah ke kelas 2. Rasanya jauh lebih tenang,” ungkap Zahra.
Baca juga: JKN bantu pengobatan anemia wanita muda asal Bogor
Peserta BPJS Kesehatan memang bisa mengubah kelas kepesertaan sesuai kemampuan membayar. Untuk naik kelas peserta harus siap dengan iuran yang lebih tinggi, sedangkan untuk turun kelas, ada syarat waktu tertentu yang harus dipenuhi, fleksibilitas ini menjadi salah satu bentuk perhatian pemerintah agar masyarakat bisa menyesuaikan perlindungan kesehatan dengan kondisi ekonomi masing-masing.
“Kalau menurut saya BPJS ini ibarat payung di hari hujan kita bayar sedikit setiap bulan, tapi pas sakit manfaatnya luar biasa. Jangan sampai nggak punya BPJS dan kalau memang mampu pilihan kelas yang sesuai biar nyaman kalau harus dirawat. Saya sudah ngerasain sendiri betapa pentingnya semua itu,” ungkapnya.
Cerita Zahra menjadi contoh nyata bahwa BPJS Kesehatan tidak hanya sekedar jaminan biaya tetapi juga pilihan kenyamanan. Masyarakat yang masih ragu sebaiknya mulai mempertimbangkan untuk menyesuaikan kelas dengan kemampuan finansial. Dengan begitu perlindungan kesehatan tetap terjaga tanpa mengorbankan kenyamanan saat menjalani perawatan.
Baca juga: Program JKN mudahkan akses layanan Kesehatan bagi pekerja muda
“Dulu saya sempat mikir iuran itu beban, tapi setelah mengalami sendiri sakit usus buntu, saya sadar justru BPJS ini penyelamat. Sekarang saya malah merasa lebih tenang setelah naik kelas. Saya selalu bilang ke temen-temen lebih baik daftar sekarang dan pilih kelas sesuai kemampuan, daripada nanti menyesal,” tambahnya.
Pilih lah kelas sesuai kemampuan dan kebutuhan keluarga agar ketika sakit datang kita bisa jauh lebih siap, jangan tunggu nanti, lindungi diri dan keluarga sejak sekarang dengan BPJS Kesehatan.
