Bogor (Antaranews Megapolitan) - Dr. Akhmad Arifin Hadi, Sekretaris Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (Faperta IPB) mengikuti program Mobility Staff ke Warsaw University of Life Science dengan sponsor Erasmus plus dari Uni Eropa, 11-17 November 2018. Warsaw University of Life Science termasuk ke dalam peringkat 112 QS World University Ranking (EECA) 2018.
“Saya mengunjungi Department of Landscape Art di bawah Faculty of Horticulture, Biotechnology and Landscape Architecture. Di sana saya mengajar mahasiswa S2 dan S3 dan berdiskusi dengan para peneliti mengenai Visitors’ Employed Photography (VEP) dan GPS tracking untuk mengidentifikasi preferensi dan pergerakan manusia dalam suatu lanskap. Melalui metode tersebut, obyek atau pemandangan yang disukai oleh responden atau pengunjung dari suatu taman atau lanskap dapat diidentifikasi melalui foto-foto yang diambil oleh pengunjung menggunakan smartphone masing-masing,” jelas Dr. Akhmad.
Tidak hanya itu, lokasi dimana pengunjung berada juga dapat dideteksi melalui aplikasi Geo tracker seperti “Locus Map” atau aplikasi sejenisnya, baik di android atau iphone.
Data yang diambil oleh responden di taman atau lanskap berupa foto-foto beserta deskripsinya, serta arah langkah kaki dari setiap responden kemudian ditransfer ke laptop atau smartphone peneliti melalui email atau sosial media.
Dapat dikatakan bahwa metode penelitian preferensi lanskap dan pergerakan manusia ini dapat dilaksanakan tanpa menggunakan kertas (paperless) namun menggunakan transfer data melalui internet.
Data yang diperoleh dari pengunjung kemudian dianalisis secara spatial menggunakan Software Geographic Information System (GIS) sehingga diketahui lokasi mana yang responden banyak mengambil foto dan berhenti lebih lama, serta obyek apa yang difoto oleh responden melalui penelusuran isi dari setiap foto.
Menurut Dr. Akhmad, sebenarnya metode VEP sendiri telah lama digunakan oleh para peneliti dalam mendeteksi preferensi suatu lanskap. Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh G.J Cherem pada tahun 1970-an.
Namun banyak peneliti yang menerapkan metode ini menyebutkan kekurangannya yakni biaya pelaksanaanya yang tergolong tinggi.
Untuk melaksanakan penelitian ini, peneliti harus membeli kamera saku dan roll film dan membagikannya kepada setiap responden, serta harus menyediakan biaya cetak foto, biaya pengiriman foto dan biaya pengiriman kamera kepada peneliti.
Namun semenjak smartphone menjadi barang sehari-hari bagi manusia saat ini yang didukung dengan jaringan internet yang semakin luas, penelitian VEP dapat dilaksanakan dengan lebih efisien. Sejalan dengan hal tersebut, teknologi GPS untuk mendeteksi pergerakan objek smartphone juga tersedia dan semakin akurat.
Metode VEP yang dikombinasikan dengan GPS tracking dapat diimplementasikan secara optimal untuk mengidentifikasi preferensi lanskap dari pengunjung suatu lanskap serta pergerakannya secara lebih akurat dan kuantitatif.
“Saya sebenarnya masih belum paham benar mengenai apa itu era Revolusi Industri 4.0, namun bagi saya, implementasi dari penelitian ini adalah wujud dari berkembang pesatnya teknologi informasi saat ini. Penelitian yang saya laksanakan ini (VEP dan GPS tracking) merupakan respon atas perkembangan teknologi informasi saat ini dimana teknologi tersebut hadir di keseharian kita dan dapat dipergunakan secara optimal untuk mengefisienkan pelaksanaan metode yang telah ada sebelumnya serta mendapatkan hasil yang lebih akurat dan terukur,” kata Dr. Akhmad.
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan mobility staff ini, pihak Warsaw University of Life Science akan berkunjung ke IPB pada bulan April 2019 untuk mengembangkan kerjasama dengan Departemen Arsitektur Lanskap IPB di bidang penelitian VEP dan GPS tracking. (***/ris)
Dosen IPB ke Polandia jajaki kerja sama bidang VEP dan GPS Tracking
Kamis, 29 November 2018 9:04 WIB
Saya mengunjungi Department of Landscape Art di bawah Faculty of Horticulture, Biotechnology and Landscape Architecture.