Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Dalam Negeri Bima Arya Sugiarto mengingatkan pentingnya kemampuan "membaca tanda" untuk menghadapi gelombang besar perubahan zaman.
Bima bercerita tentang nasihat para guru dan senior Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) yang juga kerap dia dengar dari cendekiawan Nurcholish Madjid dan Amien Rais, yakni pentingnya membaca tanda-tanda zaman.
Menurut dia, siapa pun yang mampu membaca tanda-tanda zaman dengan baik akan menjadi pemenang.
“Cak Nur sering sekali bilang seperti itu, Pak Amien sering sekali bilang seperti itu. Walaupun sejarah mencatat tidak semua menjadi pemenang di ujung dari zamannya, tetapi nasihat untuk membaca tanda-tanda zaman itu selalu saya pegang teguh,” kata Bima dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.
Pesan ini disampaikannya saat menjadi keynote speaker pada Pertemuan dan Konsolidasi Regional KAHMI se-Sulawesi, di Rumah Jabatan Gubernur Sulawesi Selatan, Kota Makassar.
Dalam kesempatan itu, Bima juga menyinggung buku berjudul The Great Wave: The Era of Radical Disruption and the Rise of the Outsider, karya Michiko Kakutani.
Ia memberi perhatian khusus pada sampul buku tersebut yang menggambarkan karya seni Jepang abad ke-19 yang dikenal dengan The Great Wave off Kanagawa.
Di dalamnya terlihat perahu nelayan kecil yang diterjang gelombang raksasa, dengan Gunung Fuji tampak kecil dan tenang di kejauhan.
Menurutnya, gambar ini melambangkan perpaduan antara tantangan, keganasan, dan ketenangan.
“Ada yang menafsirkan ini sebagai Yin and Yang. Ada yang menafsirkan ini sebagai satu skill untuk selalu waspada dalam era perubahan," ujarnya. Kakutani dalam buku ini, seorang jurnalis pemenang Pulitzer, mengatakan bahwa hari ini dunia tengah berada di era disrupsi radikal, dan kebangkitan outsider. Radical disruption and the rise of outsider,” ujarnya.
Bima menegaskan masyarakat Indonesia tidak boleh terpesona dengan hal-hal yang mapan atau sudah established. Sebab, justru sering kali disrupsi muncul dari arah yang tak terduga.
Ia mencontohkan kemunculan tokoh-tokoh seperti Donald Trump di Amerika Serikat dan Volodymyr Zelenskyy di Ukraina, dua figur yang tidak berasal dari sistem politik konvensional, namun berhasil menjadi pemimpin negara.
Baca juga: Ketua DPD RI apresiasi penambahan Wamendagri jadi tiga orang
Baca juga: Presiden lantik Akhmad Wiyagus sebagai Wamendagri
