Samarinda (ANTARA) - Jauh sebelum sorotan kamera dan peluncuran Sekolah Garuda Transformasi untuk menyambut era baru, di dalam ruang kelas dan laboratorium SMA Negeri 10 Samarinda, Kalimantan Timur, bibit keunggulan itu telah tumbuh subur.
Ceritera tidak dimulai dari peresmian sebuah program nasional, melainkan dari kisah dua siswa cemerlang, Diego Prayata Fatikh Moulyandri dan Jundi Satria Badar.
Mereka adalah arsitek di balik aplikasi PINTAR (Penelitian dan Inovasi Teknologi Artificial Intelligence), sebuah proyek yang secara brilian memadukan kecerdasan buatan (AI) dengan upaya pelestarian jiwa budaya kriya Kalimantan.
Inovasi mereka, yang terwujud dalam sebuah platform digital, ialah bukti akan potensi yang terpendam di kalangan generasi muda Kalimantan Timur.
"Mengenalkan batik khas Kalimantan adalah tanggung jawab kami generasi muda, tapi dengan cara modern seperti ini," ungkap Diego menunjukkan platform inforhebat.my.id sebagai situs berbasis optimasi AI andalannya.
Proyek PINTAR bukan sekadar tugas sekolah. Ini adalah jawaban atas kegelisahan zaman, sebuah respons terhadap risiko terkikisnya warisan budaya di tengah derasnya arus digitalisasi.
Karya ini, yang lahir dari inisiatif dan kecerdasan lokal, secara tidak langsung memberikan justifikasi paling sahih atas keputusan pemerintah pusat untuk memilih SMAN 10 Samarinda sebagai salah satu titik transformasi pendidikan nasional.
Inovasi PINTAR bak "Eksibit A" yang menunjukkan bahwa program Sekolah Garuda tidak datang untuk mengisi ruang kosong, melainkan untuk menyiram dan memupuk ladang yang telah terbukti subur.
Itulah penegasan bahwa investasi anak bangsa yang ditempatkan pada tanah yang tepat, di mana keunggulan telah mulai bersemi, siap untuk diperkuat dan diterbangkan lebih tinggi.
Kilau inovasi lokal
Proyek PINTAR lahir dari sebuah kesadaran mendalam akan tantangan budaya di era digital. Diego dan Jundi mengidentifikasi adanya urgensi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat lokal terhadap kekayaan budayanya sendiri, yang representasinya di ruang digital masih sangat terbatas.
Mereka melihat peningkatan akses internet bukan sebagai ancaman, melainkan sebagai peluang emas untuk edukasi massal. Dengan tujuan mulia untuk mendokumentasikan motif batik secara digital dan memperkenalkannya kepada khalayak yang lebih luas, PINTAR dirancang sebagai jembatan antara teknologi mutakhir dan warisan leluhur.
Inti dari PINTAR lewat situs web inforhebat.my.id adalah model kecerdasan buatan yang dibangun menggunakan TensorFlow dengan arsitektur Convolutional Neural Networks (CNN), sebuah metode yang sangat efektif untuk tugas pengenalan gambar (image recognition).
"Prosesnya sistematis, dimulai dari pengumpulan dan pelabelan data gambar batik, pra-pemrosesan untuk optimalisasi, hingga pelatihan dan evaluasi model AI," ungkap Jundi, rekan Diego yang mengembangkan inovasi itu.
Salah satu temuan teknis adalah meningkatkan performa AI melalui teknik augmentasi data. Data menunjukkan peningkatan akurasi deteksi (mAP@50) yang substansial, dari 0,374 menjadi 0,487, yang membuktikan tingkat profesionalisme kerja mereka.
Platform ini dirancang dengan interaktivitas sebagai pusatnya. Pengguna dapat mencari motif kain khas Kalimantan menggunakan kata kunci atau dengan cara yang lebih intuitif, yaitu mengunggah foto kain secara langsung.
Sistem AI kemudian menganalisis gambar tersebut, mengklasifikasikan polanya, dan menyajikan informasi edukatif yang relevan. Lebih dari itu, PINTAR mengadopsi pendekatan crowdsourcing yang memungkinkan pengguna untuk berkontribusi dengan mengunggah motif baru yang belum ada dalam basis data.
Setiap kontribusi akan melalui proses validasi oleh admin, memastikan keakuratan informasi dan mengubah platform ini menjadi sebuah arsip digital yang hidup dan terus berkembang.
Kredibilitas dan kualitas inovasi ini tidak hanya berdasarkan klaim, tetapi telah melalui proses validasi yang ketat. Pengujian ini memberikan bukti kuantitatif atas keberhasilan proyek tersebut.
Skor tertinggi pada aspek kejelasan informasi (4.46) menggarisbawahi keberhasilan misi edukasi dari proyek ini. Pada dasarnya, proyek PINTAR adalah mikrokosmos dari filosofi Sekolah Garuda itu sendiri.
Proyek PINTAR menyatukan penguasaan sains dan teknologi global (AI, CNN) dengan tujuan yang berakar kuat pada identitas lokal (pelestarian budaya Kalimantan) dan kebanggaan nasional
Diego dan Jundi, melalui karya mereka, telah menjadi perwujudan dari profil siswa yang dicita-citakan oleh program Sekolah Garuda.
Bibit unggul Sekolah Garuda
Pada Rabu, 8 Oktober 2025, suasana di SMA Negeri 10 Samarinda terasa berbeda. Hari itu bukan sekadar hari biasa, melainkan tonggak sejarah dalam lanskap pendidikan emas Kalimantan Timur dan Indonesia.
Sekolah tersebut secara resmi diluncurkan sebagai salah satu dari 12 Sekolah Garuda Transformasi di seluruh negeri. Kehadiran Menteri Sosial Saifullah Yusuf yang akrab disapa Gus Ipul, untuk meresmikan acara tersebut memberikan sinyal akan signifikansi nasional dari program ini.
Dalam pidatonya, Gus Ipul menyampaikan mandat yang sarat makna kepada para siswa. Ia mendorong mereka untuk menjadi pelopor perubahan, generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga berani bermimpi dan bekerja keras untuk kemajuan bangsa.
"Jadilah generasi yang berani bermimpi dan bekerja keras. Belajarlah bukan sekadar untuk diri sendiri, tapi untuk mengangkat bangsa. Jadikan ilmu sebagai cahaya dan karakter sebagai arah," pesan Gus Ipul.
"Dari Samarinda, kita kirim pesan ke seluruh Indonesia bahwa anak-anak bangsa siap terbang tinggi, setinggi Garuda, untuk mengharumkan negeri," pekiknya lagi.
Peluncuran di Samarinda bukanlah sebuah peristiwa yang berdiri sendiri. Ini merupakan bagian dari sebuah gerakan nasional yang terkoordinasi, sebuah implementasi dari komitmen Presiden Prabowo Subianto untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia.
Pada hari yang sama, program Sekolah Garuda diluncurkan serentak di 16 titik di seluruh Indonesia. Program ini memiliki dua skema, yakni 12 Sekolah Garuda Transformasi yang memperkuat sekolah unggulan yang sudah ada seperti salah satunya SMAN 10 Samarinda.
Kemudian empat Sekolah Garuda Baru yang dibangun dari nol di wilayah dengan akses pendidikan terbatas. Langkah ini merupakan kebijakan strategis yang dirancang untuk pemerataan pendidikan unggulan di seluruh pelosok negeri.
Kehadiran Menteri Sosial untuk memimpin peresmian sebuah program pendidikan strategis di Kalimantan Timur membingkai Sekolah Garuda bukan hanya sebagai proyek peningkatan mutu akademik, tetapi juga sebagai instrumen keadilan sosial dan mobilitas vertikal.
Gus Ipul menyiratkan bahwa program ini memiliki fokus yang kuat pada pemerataan kesempatan, memastikan bahwa talenta-talenta terbaik dari berbagai latar belakang ekonomi dan geografis, termasuk dari Kalimantan, mendapatkan akses yang setara menuju pendidikan kelas dunia.
Visi Kaltim mendunia
Bagi Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, penunjukan SMAN 10 Samarinda sebagai Sekolah Garuda Transformasi adalah sebuah kehormatan sekaligus tantangan besar.
Armin, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltim dengan tegas menyatakan ini adalah momentum untuk sebuah lompatan besar.
"Ini bukan sekadar perubahan nama, tapi perubahan paradigma pendidikan," ungkap Armin.
Paradigma baru yang diusung Sekolah Garuda bersifat global. Tujuannya jelas bahwa secara sistematis mempersiapkan, mengkondisikan, dan membudayakan siswa agar tidak hanya mampu, tetapi juga percaya diri untuk bersaing dan diterima di universitas-universitas terbaik di dunia.
Perihal itu adalah sebuah perubahan dari pola pikir domestik menjadi pola pikir global, di mana lulusan Kaltim diharapkan menjadi pemain di panggung internasional.
Komitmen Pemerintah Provinsi Kaltim untuk mewujudkan visi ini tidak berhenti pada retorika. Sejumlah langkah konkret dan investasi SDM telah dan akan digulirkan. Dari sisi infrastruktur, fasilitas di SMAN 10 Samarinda ditingkatkan sesuai standar internasional, termasuk melengkapi ruang kelas dengan penyejuk udara dan papan tulis interaktif untuk menunjang pembelajaran modern.
Dari sisi kurikulum dan sumber daya manusia, pemerintah pusat memberikan dukungan penuh berupa pelatihan gratis bagi para guru, sementara pemerintah daerah mendorong implementasi kelas dwibahasa sebagai salah satu upaya mengejar taraf internasional.
Lebih jauh lagi, upaya Kaltim tidak berhenti di Samarinda. Armin telah mengumumkan rencana untuk mengusulkan dua sekolah lagi, yang berlokasi di Kutai Timur dan Kutai Kartanegara, untuk menjadi Sekolah Garuda Transformasi.
"Langkah ekspansi ini merupakan tekad kami untuk memposisikan Kaltim sebagai bagian pusat keunggulan pendidikan di Indonesia," tutur Armin.
Langkah agresif Kaltim dalam mengadopsi dan memperluas program Sekolah Garuda dapat dibaca sebagai sebuah manuver strategis yang cerdas dalam konteks ibu kota politik Indonesia, Ibu Kota Nusantara (IKN).
IKN membawa infrastruktur fisik yang masif ke Kaltim, tapi keberhasilan jangka panjangnya akan sangat bergantung pada ketersediaan infrastruktur intelektual dan sumber daya manusia yang berkualitas.
Dengan menjadi yang terdepan dalam mencetak talenta kelas dunia melalui Sekolah Garuda, Kaltim sedang membangun fondasi SDM-nya.
Menuju generasi emas 2045
Program Sekolah Garuda adalah sebuah terobosan strategis yang dirancang dengan cermat untuk mengakselerasi lahirnya talenta unggul nasional. Inisiatif ini dijalankan melalui dua pendekatan utama yang saling melengkapi.
Pertama, skema Sekolah Garuda Baru, yang melibatkan pembangunan sekolah berasrama modern dari nol di wilayah-wilayah dengan akses pendidikan berkualitas yang masih terbatas.
Kedua, skema Sekolah Garuda Transformasi, yang bertujuan untuk memperkuat dan mengakselerasi SMA atau MA berprestasi yang sudah ada, seperti SMAN 10 Samarinda, agar mampu melontarkan siswanya ke perguruan tinggi terbaik dunia.
Tujuan akhir dari kedua skema ini mengerucut pada satu visi besar: membentuk generasi masa depan Indonesia yang memiliki kompetensi global sekaligus karakter kebangsaan yang kokoh.
Program ini tidak hanya dirancang untuk mencetak siswa yang brilian secara akademis dan mampu bersaing di kampus-kampus global.
Secara eksplisit, program Sekolah Garuda diposisikan sebagai salah satu mesin penggerak utama untuk mencapai visi nasional "Indonesia Emas 2045". Visi tersebut membutuhkan sumber daya manusia dalam jumlah besar yang tidak hanya unggul, tetapi juga inovatif dan berdaya saing global.
Sekolah Garuda dirancang untuk menjadi kawah candradimuka yang akan menghasilkan para ilmuwan, teknokrat, dan pemimpin yang menjadi tulang punggung bagi terwujudnya visi besar tersebut.
Memperkenalkan batik khas Kaltim berbasis AI dalam jagad maya seperti yang dilakukan Diego dan Jundi bukan lagi soal kenapa inovasi itu dibentuk, tapi tentang mengepakkan filosofi garuda dalam dada-dada para generasi muda demi menjunjung kearifan lokal ke panggung dunia.
