Kabupaten Tangerang (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tangerang, Banten menggandeng tokoh agama dan masyarakat dalam upaya menekan kasus penyebaran virus menular HIV/AIDS yang mayoritas kasus tersebut diakibatkan perilaku seks menyimpang.
"Jadi kalau yang ini kan kita sudah kerja sama dengan MUI dan tokoh masyarakat untuk tidak mendiskriminasi penderita HIV," kata Kepala Dinkes Kabupaten Tangerang Hendra Tarmizi di Tangerang, Sabtu.
Ia menjelaskan pemerintah daerah perlu menggandeng tokoh agama dan masyarakat sebagai kekuatan strategis dalam mendukung upaya pencegahan dan penanganan HIV/AIDS di daerah itu.
Baca juga: Jambi dorong perda penanggulangan HIV/AIDS
Baca juga: Pemkab Manggarai Barat imbau warga rutin lakukan tes VCT deteksi HIV
"Penanggulangan HIV/AIDS ini tidak cukup dengan pengobatan medis, melainkan dibutuhkan dukungan moral dari masyarakat terhadap penderita," katanya.
Saat ini, di Kabupaten Tangerang tercatat 374 warga terinfeksi virus menular HIV/AIDS yang mayoritas diakibatkan perilaku seks menyimpang.
"Penderitanya kebanyakan dari hubungan seksual yang menyimpang, ada juga yang normal, kemudian juga ada yang tertular melalui darah," ujarnya.
Di antara para penderita HIV/AIDS di wilayah itu, terdapat tujuh penderita berasal dari luar daerah yang ditangani pihaknya sehingga jumlah total penderita 381 orang.
"Data ini diperoleh dari hasil skrining terhadap sekitar 4 ribu orang yang dilakukan bersama Tim Penanggulangan HIV/AIDS serta kelompok penjangkau," ujarnya.
Baca juga: Rutan Tanjungpinang dan Dinkes gelar deteksi dini potensi HIV/AIDS pada warga binaan
Hendra mengatakan banyak warga setempat terpapar virus HIV disebabkan perilaku hubungan seksual yang menyimpang. Rata-rata yang terjangkit kalangan dewasa dengan rentang usia 25-60 tahun.
Ia mengatakan tren kasus HIV/AIDS di Kabupaten Tangerang pada tahun ini terbilang menurun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni pada 2024 dengan jumlah 591 kasus.
Dari total pasien HIV/AIDS di Kabupaten Tangerang, saat ini masih menjalani pengobatan di sejumlah rumah sakit dan puskesmas. Hingga saat ini, belum ada pasien meninggal akibat virus tersebut.
"Pada tahun 2024 di Kabupaten Tangerang ditemukan 591 kasus, jadi kemungkinan menurun," kata dia.
