Jakarta (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup saat ini tengah melakukan evaluasi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) setelah terjadi banjir besar di sejumlah wilayah Bali, termasuk di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ayung yang ekosistemnya dalam kondisi kritis.
"Kami mendorong saat ini dilakukannya evaluasi KLHS, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, di wilayah Provinsi Bali," kata Deputi Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLH/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Rasio Ridho Sani.
Hal itu dilakukan setelah Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq meninjau kondisi lokasi banjir.
Evaluasi KLHS untuk melihat kondisi lingkungan dan memperbaiki penataan daya dukung dan daya tampung lingkungan, termasuk DAS Ayung dan DAS lain.
Curah hujan ekstrem pada 9 September mencapai 245,75 milimeter dalam sehari atau setara 121 juta meter kubik air mengalir di DAS Ayung yang mengalami krisis tutupan hutan, berdampak pada banjir di hilir.
Menurut data Pemerintah Provinsi Bali, dari total 49.500 hektare luas kawasan DAS Ayung, hanya sekitar 1.500 hektare atau tiga persen yang masih berhutan. Padahal secara ekologis minimal dibutuhkan 30 persen agar ekosistem tetap berfungsi optimal.
Baca juga: Banjir Bali berpotensi terulang
Baca juga: Pemerintah Provinsi Bali serahkan santunan ke keluarga korban banjir
Baca juga: Gubernur Bali siapkan perda larangan alih fungsi lahan
