Madinah (ANTARA) - Dengan menggunakan dua unit mobil, belasan haji mulai masuk ke Kota Madinah, setelah menyelesaikan seluruh rangkaian ibadah haji, pekan lalu.
Setelah mampir sebentar ke Masjid Quba, masjid pertama yang dibangun Nabi Muhammad SAW, jamaah haji itu segera menuju Masjid Nabawi karena jadwal masuk ke Raudhah pada pukul 17.50 waktu Madinah. Kalau di Jakarta, waktu itu sudah masuk Shalat Magrib, namun di Madinah waktu Magrib baru jam 19.17.
"Cek di aplikasi Nusuk. Pastikan jam 17.50," kata Sudrajat, salah satu haji yang ikut menumpang mobil kepada kawan-kawannya.
Selama di perjalanan, jamaah haji saling berkomunikasi untuk mendaftar masuk Raudhah dengan aplikasi Nusuk. Tanpa mendaftar, petugas Masjid Nabawi tidak memberikan akses masuk.
Aplikasi Nusuk dibuat oleh Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi untuk memfasilitasi proses ibadah haji dan umrah. Namun, aplikasi ini juga dipakai untuk mendaftar masuk Raudhah.
Saat mendaftar, jamaah haji yang menjadi calon pengunjung dapat memilih pilihan waktu yang diinginkan dan rombongan ini sepakat memilih pukul 17.50. Namun, salah satu anggota rombongan kaget karena salah pilih waktu, yakni pukul 15.50.
Usai di Masjid Nabawi, mereka bergegas masuk ke arah Raudhah. Kode batang (barcode) bukti masuk Raudhah di aplikasi Nusuk pun dipindai petugas satu per satu, termasuk yang salah memasukkan jadwal. Semuanya bisa masuk.
Sore itu, Raudhah belum terlalu padat, sehingga mereka masih bisa menyelinap agak ke depan atau sisi yang diinginkan. Sebagian langsung shalat. Setelah itu, ada yang berzikir, berdoa atau membaca Al Quran.
Mereka pun larut dalam suasana Raudhah syahdu. Doa mengalir dipanjatkan. Sujud shalat menjadi ajang hubungan paling dekat antara manusia dengan Allah.
Dia antara ratusan orang di dalam Raudhah, tidak jarang meneteskan air mata dalam doa. Entah air mata kebahagiaan karena rindu kepada Rasulullah atau air mata mengingat dosa di masa lalu.
Segala doa dan curahan hati pun tercurahkan di dalam Raudhah. Karpet hijau muda nan empuk dan udara dingin menambah khusuk doa dan shalat. Ini kontras dengan udara Madinah yang saat itu panas menyengat.
Menjelang waktu Magrib, sebagian dari rombongan memutuskan keluar dari Raudhah karena hendak berziarah ke makan Nabi Muhammad SAW, sebagian tetap di Raudhah, menunggu Shalat Magrib.
Usai keluar dari Raudhah, mereka menuju lokasi makam Nabi Muhammad SAW. Beruntung, dalam waktu bersamaan ada orang berbaju seragam petugas haji dari Indonesia yang sama-sama memiliki tujuan yang sama. Mereka pun ikut antre masuk makam.
Petugas di area makam mengatur agar yang mau ziarah makam tertib. Peziarah hanya boleh melambaikan tangan saat berjalan pelan-pelan melintasi makam Nabi Muhammad SAW dan cukup mengucapkan salam atau shalawat ke arah makam. Kita tidak bisa duduk atau membaca Surat Yasin atau membaca Al Quran atau bacaan lainnya, sebagaimana ziarah makam di Indonesia.
Air mata pun berlinang. Suara menjadi tercekat dan bunyi lirih keluar manakala menyampaikan salam ke arah makam Kekasih Allah, Rasululllah Muhammad Shallallaahualaihi Wassalam.
Usai menyampaikan salam kepada Nabi Muhammad SAW, mereka juga mengucapkan salam kepada dua sahabat nabi karena letak makamnya bersebelah, yakni Abu Bakar Asshiddiq, lalu makam Umar bin Khattab.
Peziarah tidak bisa melihat langsung makam. Pemerintah Arab Saudi mendirikan dinding pembatas antara makam dengan peziarah. Lubang di dinding dibuat untuk menunjukkan letak makam.
Seorang haji asal Jakarta, Nugroho mengatakan masuk ke Masjid Nabawi bisa menjawab atas kerinduan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan pencerahan kepada manusia.
Saat berada di Raudhah, Nugroho melaksanakan shalat dan duduk di barisan paling depan, dengan harapan bisa lebih dekat untuk melihat makam Nabi Muhammad SAW.
"Ternyata, dari Raudhah tidak bisa langsung ke makam, tapi keluar dulu. Alhamdulillah bisa melihat Makam Rasulullah juga," katanya.
Dia mengaku kerinduan dengan Rasullullah bisa terpuaskan, meskipun tidak bisa melihat langsung makam dan hanya bisa memandang dari balik pintu makam.
"Padahal saya tidak melihat makam langsung. Cuma lihat pintunya. Itu saja sudah ayem (damai). Saya bersalam kepada Rasulullah, lalu bershalawat," katanya.
Tidak hanya mengejar pahala bahwa shalat di Raudhah itu memiliki 1.000 kali lipat pahala dibanding dengan tempat lain, Nugroho berpendapat bahwa kunjungan ke Raudhah dapat menata iman kembali sepulang dari Tanah Suci.
Makki, haji dari Bekasi, mengatakan dia mengerjakan Shalat Ashar, Shalat Taubah dan banyak berdoa selama di Raudhah.
"Hati saya menjadi tenang saat di Raudhah. Cuma, saya Shalat Magrib di luar Raudhah. Saya keluar Raudhah mau ke makam Nabi Muhammad SAW, tapi belum sempat ketemu jalan, waktu keburu Magrib. Akhirnya, shalat di pelataran Masjid Nabawi," katanya.
Di masjid itu, Makki mengaku bertemu dengan banyak jamaah haji asal Indonesia, selain dari berbagai negara.
Sementara itu, Maria Assegaf, hajjah asal Semarang, mengaku tidak bisa masuk Raudhah, meski sudah mendaftar karena tidak ada jadwal saat dia datang ke Masjid Nabawi.
"Saat tiba Masjid Nabawi, saya langsung nangis. Masya Allah, saya dikasih kesempatan ke sini. Saya shalat dalam masjid. berdoa sebanyak-banyaknya. Bersyukur," katanya.
Dengan menitikkan air mata, Maria mengaku berada Masjid Nabawi mengingatkan tentang ibunya yang sudah meninggal dunia. Almarhumah ibunya pernah punya keinginan ke Masjid Nabawi, namun belum terlaksana hingga akhir hayatnya.
"Shalat di Masjid Nabawi itu keinginan mama. Air mata ini tidak terbendung. Dari semua saudara, saya anak mama pertama yang bisa shalat di Masjid Nabawi, padahal saya anak paling kecil. Saya bacakan Al Fatihah untuk mama," ujarnya.
Meski dia tidak bisa ke makam Rasulullah, namun dari luar dia mengucapkan salam.
Masjid kedua
Masjid Nabawi di Kota Madinah merupakan masjid kedua yang dibangun dalam sejarah Islam, setelah Masjid Quba, yang berada di pinggiran Madinah.
Masjid Nabawi terus diperluas hingga seluas 400 ribu meter persegi dan mampu menampung satu juta orang shalat. Awalnya, rumah Rasulullah berdampingan dengan Masjid Nabawi namun ini masuk dalam Masjid Nabawi karena ada perluasan. Makam Nabi Muhammad SAW yang dulu dalam rumah, kini masuk dalam masjid.
Ada bagian penting dalam masjid ini, yakni Raudhah. Raudhah yang secara bahasa berarti Taman Surga terletak di antara mimbar masjid dengan rumah Nabi Muhammad SAW.
Ada hadits diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda "Tempat yang terletak di antara rumahku dengan mimbarku merupakan suatu taman di antara taman-taman surga, sedang mimbarku itu terletak di atas kolamku".
Tempat di dalam Masjid Nabawi adalah Makam Nabi Muhammad SAW. Beliau dimakamkan di kamar isterinya Siti Aisyah. Di sampingnya pula ada makam Abu Bakar Asshiddiq dan Umar bin Khattab.
Tempat lainya adalah Riyadhal Jannah (jantung Masjid Nabawi), Mihrab (mimbar masjid), mihrab (tempat imam shalat), mimbar Nabi Muhammad SAW, menara masjid.
Melihat keistimewaan itulah, maka tidaklah salah jika di tempat ini menjadi tempat melepas rindu Umat Islam akan nabinya karena begitu banyak jejak Rasulllah di tempat ini, termasuk Raudhah dan makam.