Jakarta (ANTARA) - Ucapannya kala itu bukan sekadar angin lalu.
Sekitar setahun lalu, Rifda Irfanaluthfi duduk bersama Antara di sisi GOR Raden Inten, Jakarta Timur.
Dia menghela napas, matanya berkaca-kaca, dan secara tersirat menyampaikan waktunya di dunia senam mungkin tak akan lama lagi. Kini, isyarat itu menjadi kenyataan.
Ketua Umum Federasi Gimnastik Indonesia Ita Yuliati Irawan, pertengahan April, resmi mengumumkan Rifda pensiun dari dunia yang telah membesarkan namanya, senam artistik. Rifda pasti menyimpan leotardnya, pakaian senamnya, dengan rapi.
Masih lekat dalam ingatan, momen-momen perempuan yang lahir pada 16 Oktober 1999 itu mempersiapkan diri menuju Olimpiade Paris 2024.
Momen itu mungkin menjadi detik-detik terakhirnya sebagai pesenam aktif. Dengan segala keterbatasan, Rifda tetap melangkah ke Bercy Arena, Paris, dan mencatatkan sejarah sebagai pesenam Indonesia pertama yang tampil di Olimpiade.
Tiket Olimpiade itu diraihnya lewat perjuangan keras di Kejuaraan Dunia Senam 2023 di Antwerp, Belgia.
"Rifda ingin orang-orang yang sudah dukung Rifda bisa bangga," katanya kala itu, sambil menahan nyeri.
Sesaat setelah mendarat di Tanah Air, Rifda didorong dengan kursi roda. Di sekelilingnya ada pelatih, keluarga, hingga perwakilan pemerintah.
Rifda tak sampai ke panggung Olimpiade dalam semalam. Eva Butar Butar, pelatih yang setia mendampinginya menegaskan ini adalah hasil kerja keras lebih dari satu dekade.
Sejak 2015, Rifda sudah mencoba menembus Olimpiade. Ia gagal lolos ke Rio de Janeiro 2016 dan kembali gagal saat mencoba ke Tokyo 2020.
Perjalanan Rifda sejak kecil memang tak lepas dari luka dan medali. Ia mulai menekuni senam sejak kelas satu SD dan debut internasionalnya dimulai di Piala Dunia Doha 2015.
Rifda berlaga di SEA Games 2015 Singapura dan membawa pulang perak di nomor lantai, satu-satunya medali dari tim senam Indonesia kala itu.
SEA Games 2017 Kuala Lumpur membuat namanya melambung, dengan torehan lima medali (1 emas, 1 perak, dan 3 perunggu).
Setahun kemudian, ia mencetak sejarah baru meraih medali dunia pertamanya di Mersin World Challenge Cup di Turki dengan perak dan perunggu.
Puncaknya, ia meraih medali perak setelah mendapat nilai 12.750 di nomor lantai Asian Games Jakarta 2018 Jakarta-Palembang, hanya kalah dari pesenam Korea Utara Kim Su-jong dengan 13.025.
Pada SEA Games 2019 Filipina, ia juga turut menyumbang satu emas dan tiga perak. Lalu di SEA Games 2021 Vietnam, Rifda menorehkan dua emas dan satu perunggu.
Tak hanya prestasi, Rifda juga akrab dengan cedera. Pada 2020, ia mengalami patah tulang tibia kiri. Namun usai pulih, ia langsung kembali tampil di Varna World Challenge Cup 2021 dan perlahan kembali ke performa terbaiknya.
“Kalau Rifda bisa, kalian juga bisa. Jangan hanya bermimpi PON, SEA Games, atau Asian Games. Mimpilah sampai Olimpiade,” ucapnya suatu waktu memotivasi atlet muda lainnya.
Terima kasih Rifda.
Baca juga: Menpora Dito akan dukung langsung pesenam Rifda saat tampil pada Olimpiade Paris 2024