Jakarta (ANTARA) - Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) mengubah sistem promosi dan degradasi pelatnas yang memungkinkan atlet terdepak kapan saja jika tidak menunjukkan performa maksimal, tanpa harus menunggu evaluasi berkala seperti sebelumnya.
Wakil Ketua Umum I PBSI Taufik Hidayat mengatakan sistem baru ini diterapkan untuk memastikan hanya atlet terbaik yang tetap menghuni pelatnas.
"Jadi sistemnya tidak seperti dulu yang menunggu setahun untuk promosi dan degradasi. Sekarang bisa kapan saja. Kalau sudah diberikan banyak kesempatan bertanding tapi tidak ada hasil, buat apa dipertahankan? Lebih baik beri kesempatan kepada yang lebih potensial," kata Taufik kepada pewarta di Jakarta, Rabu (26/3).
Sebelumnya, sistem promosi dan degradasi dilakukan setiap enam bulan hingga satu tahun. Namun, PBSI kini menerapkan sistem yang lebih ketat.
Keputusan ini bertujuan mempercepat regenerasi pemain dan memberikan kesempatan bagi atlet muda berbakat untuk tampil di turnamen internasional.
Baca juga: Kemeriahan SIRKOT PBSI Jaktim dan Turnamen Ganda Putra Veteran IKG
Evaluasi atlet akan didasarkan pada hasil turnamen BWF dan multi-event. Selain itu, keputusan promosi dan degradasi tetap mempertimbangkan masukan dari tim pelatih serta data performa atlet.
"Keputusan ini dibuat dengan pertimbangan matang dari pelatih teknik, fisik, dan semua data capaian atlet. Dengan sistem yang lebih fleksibel, regenerasi bisa berjalan lebih cepat," ujar Taufik.
PBSI berharap kebijakan ini dapat meningkatkan daya saing atlet Indonesia di kancah internasional serta memastikan pelatnas diisi oleh pemain yang benar-benar layak.
Seperti diketahui, sepanjang musim 2025 pencapaian atlet belum benar-benar maksimal. Bahkan yang paling menyita perhatian adalah kegagalan wakil Indonesia mempertahankan gelar di BWF World Tour Super 1000 All England 2025.