Bogor (Antaranews Megapolitan) - Mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian (STPP) Bogor, Jawa Barat melalui program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP) mengembangkan budi daya labu madu atau dikenal dengan nama `Butternut squash".
"Kami baru saja panen bulan ini, total panen mencapai 150 kg," kata Didi Kurnia ketua tim mahasiswa STPP Bogor, Rabu.
Didi menyebutkan ia bersama tim program PWMP dengan nama Waluh Garden`s memulai budi daya labu madu sejak Desember 2017 lalu. Dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan, buah favorit tersebut sudah mulai bisa dipanen.
Ia menjelaskan timnya memilih mengembangkan budi daya butternut squash dalam program PWMP karena memiliki banyak kelebihan, di antaranya buah tersebut memiliki kualitas yang bisa tahan dalam jangka waktu enam bulan.
"Dari sisi ekonominya, harga butternut squash di pasar lokal terutama super market mencapai Rp50 ribu perkilonya," kata dia.
Didi selaku ketua tim Waluh Garden`s menilai budi daya butternut squash sebagai peluang usaha sektor pertanian yang menjanjikan untuk dikembangkan.
Selain itu buah butternut squash juga memiliki banyak manfaatkan bagi kesehatan, cocok buat makanan pendamping ASI, serta baik untuk pencernaan.
"Banyak manfaat kesehatan yang didapat dari butternut squash ini, seperti antibodi tubuh, mengandung banyak vitamin A, mengurangi gejala anemia, bisa untuk program diet, cocok untuk makanan pendamping ASI," katanya.
Untuk bisa menghasilkan 150 kg labu, tim mahasiswa STPP Bogor menanam di lahan seluas 325 meter persegi. Benih dibeli secara `online` karena memiliki harga yang relatif murah.
Total ada 12 kemasan yang dibeli oleh tim mahasiswa, berdasarkan perhitungan luas lahan, dengan 325 meter per segi dengan jarak tanam empat meter dikali satu meter.
"Kami bisa menanam sekitar 108 benih, buah yang dihasilkan memiliki bobot berat antara 1 sampai 1,5 kg," katanya.
Rencananya panen akan dilakukan sebanyak tiga kali untuk menunggu kematangan buah secara menyeluruh agar kualitasnya lebih baik lagi.
Dari sisi pemasaran, lanjut Didi, pihaknya masih terkendala karena buah butternut squash masih belum populer di masyarakat menengah bawah, kebanyakan segmen pasarnya baru dikenal kalangan kelas atas.
Menurutnya perlu untuk terus disosialisasikan manfaat dari konsumsi butternut sqaush bagi kesehatan. Tim mahasiswa STPP Bogor berkomitmen untuk terus mengenalkan buah potensial tersebut ke masyarakat luas.
"Saat ini kami mencoba memasarkan produk hasil pertanian kami ke hotel, dan rumah sakit dekat kampus, kami juga menggencarkan sosialisasi melalui media sosial yang kami kelola," katanya.
Ia menilai sosialisasi di media sosial cukup ampuh untuk mempromosikan diri, karena mudah dan mudah dan tidak memerlukan pembiayaan dalam promosi.
Target pengembangan usaha tahun depan, lanjut Didi, pihaknya akan mengembangkan olahan butternut squash sehingga bisa dinikmati langsung oleh masyarakat.
"Kami berencana mengembangkan olahan butternut squash dalam bentuk brownies, puding dan kue bolu (cake-red)," kata Didi.
Mahasiswa STPP Bogor kembangkan budidaya Butternut Squash
Rabu, 28 Februari 2018 11:04 WIB
Dari sisi ekonominya, harga butternut squash di pasar lokal terutama super market mencapai Rp50 ribu perkilonya.