Jakarta (ANTARA) - Kerimbunan mangrove Pulau Pari sudah menjadi sahabat bagi Mustaghfirin dan warga lain di salah satu gugusan Kepulauan Seribu, Jakarta itu.
Sejumlah ekosistem mangrove terlihat sudah tumbuh dan berkembang di pulau tersebut jauh sebelum dia lahir. Hutan mangrove telah melindungi dari abrasi dan terjangan ombak.
Keberadaan hutan mangrove yang benar-benar telah menjaga lingkungan hidup bagi masyarakat kepulauan, sangat terasa manfaatnya.
Menyadari betul peran mangrove untuk masyarakat pulau, Mustaghfirin bersama warga kemudian melakukan penanaman mangrove bergotong royong secara swadaya di gugusan Pulau Pari, yang terdiri atas Pulau Tikus, Pulau Kongsi, Pulau Tengah, Pulau Burung, Pulau Biawak, dan Pulau Pari yang terbesar.
"Di Pulau Pari banyak wilayah yang terkena abrasi. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi, meskipun bakal panjang untuk pertumbuhan, salah satu penahan abrasi adalah mangrove. Kami berupaya untuk itu, karena mangrove daya tahannya juga kuat, meskipun perkembangan agak lama," kata Mustaghfirin, yang juga Ketua Forum Peduli Pulau Pari (FP3).
Pria berusia 52 tahun itu menjelaskan upaya swadaya masyarakat ditambah dengan keterlibatan pengunjung yang memadati kawasan pantai di Pulau Pari setiap periode liburan, berhasil menanam puluhan ribu mangrove, termasuk 40 ribu pohon sekitar Pulau Biawak yang tumbuh subur tiga tahun terakhir.
Namun, kini mereka menghadapi kenyataan pahit setelah pada 17 Januari lalu aktivitas pengerukan pasir untuk pembangunan di wilayah tersebut menghancurkan 40 ribu pohon yang sudah mereka tanam di lahan seluas 1,37 hektare. Tidak hanya mangrove, pengerukan di laut dangkal juga menghancurkan terumbu karang dan padang lamun seluas 62 meter persegi.
Aktivitas pembangunan itu sebelumnya sudah menimbulkan protes warga, jauh sebelum masyarakat menemukan mangrove yang mereka tanam di dekat Pulau Biawak hilang pada Januari ini. Masyarakat bahkan sudah melakukan penghadangan alat berat sejak November lalu.
Langkah itu dilakukan karena masyarakat di Pulau Pari, yang tercatat mencapai 3.806 jiwa pada 2022, sudah pernah merasakan dampak langsung dari kerusakan mangrove.
Rob yang terjadi pada Desember tahun lalu bahkan menggenangi Pantai Pasir Perawan, salah satu titik favorit wisatawan di wilayah itu.
Sebagai penghuni pulau, masyarakat terus berupaya melakukan pencegahan dan menekan rob serta abrasi terus menjadi. Kerusakan mangrove yang mereka tanam sebagai upaya mitigasi, ditambah dengan dampak perubahan iklim yang mengakibatkan kenaikan permukaan air laut, menambah kekhawatiran warga yang ingin terus hidup di wilayah itu.
Kekhawatiran yang sama dihadapi Asmania, warga asli Pulau Pari sekaligus Ketua Kelompok Perempuan Pulau Pari. Tidak hanya dampak lingkungan, rusaknya mangrove bersama terumbu karang dan padang lamun di wilayah itu berpengaruh terhadap kondisi ekonomi warga.
Ekosistem mangrove dan lamun menjadi tempat warga untuk mencari kerang dan menjaring ikan, bahkan mengambil rumput laut untuk diproduksi. Kerusakan ekosistem itu membuat warga tidak dapat menjaring ikan lagi, dan jika pasir terus dikeruk maka jumlah ikan yang berada di dekat Pulau Pari akan semakin berkurang.
Asmania yang merupakan generasi ketujuh dari keluarga yang tinggal di Pulau Pari, akses masyarakat terpengaruh dengan pembangunan di wilayah tersebut bersamaan dengan ruang hidup yang banyak hilang.
Kondisi tersebut jika dibiarkan terus, maka akan menciptakan beban untuk masyarakat sekitar yang sudah beberapa generasi mendiami Pulau Pari. Mereka selama ini hidup berdampingan dengan hutan mangrove dan ekosistermnya, tanpa melakukan eksploitasi berlebihan untuk lingkungannya.
Untuk itu, dia dan juga warga Pulau Pari terus mendorong keterlibatan pemerintah guna menanggulangi itu. Masyarakat ingin mewujudkan asa dapat memiliki mangrove dan terumbu karang sehat serta laut yang bersih untuk masa depan anak cucu mereka.

Baca juga: KLH dalami dampak lingkungan dari perusakan mangrove dan terumbu karang di Pulau Pari
Baca juga: KLH segel aktivitas pembangunan yang rusak mangrove di gugusan Pulau Pari Kepulauan Seribu
Baca juga: Menhut: Mangrove perkuat pariwisata