Markas Besar PBB, New York (ANTARA) - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menilai bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk mencapai perdamaian di Ukraina.
Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Politik dan Pembangunan Perdamaian Rosemary DiCarlo mengatakan bahwa perdamaian tersebut harus berkelanjutan dan sesuai hukum internasional.
Dia mengatakan hal itu dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB yang membahas situasi di Ukraina pada Senin (24/2), sebagaimana dilaporkan kantor berita Sputnik-OANA.
Pada Senin pagi, Amerika Serikat mengusulkan sebuah draf resolusi Majelis Umum mengenai Ukraina.
Namun, draf tersebut tidak mencantumkan frasa "agresi Rusia" dan meminta Ukraina menarik draf resolusi lain yang telah diajukannya.
Rancangan resolusi yang diajukan AS itu kemudian disetujui dengan hasil pemungutan suara 10-0. Lima negara abstain.
Semua amandemen yang diusulkan oleh negara-negara Eropa terhadap resolusi itu ditolak.
Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia menyatakan bahwa pemerintahnya menganggap draf resolusi AS itu mengandung makna penting dan menjadi langkah ke arah yang tepat.
Sebelumnya pada Senin, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Presiden China Xi Jinping telah memberitahunya soal rencana pertemuan kelompok perdamaian untuk Ukraina yang akan digelar di New York dalam waktu dekat.
Presiden AS Donald Trump melakukan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk merundingkan upaya mengakhiri perang di antara kedua negara.
Pembicaraan kedua pemimpin itu ditindaklanjuti oleh menteri luar negeri kedua negara, Menlu AS Marco Rubio dan Menlu Sergey Lavrov di Riyadh, Arab Saudi pada 18 Februari 2025 dengan hasil “sangat bermanfaat,” dan ada penekanan bahwa kedua pihak mulai “mendengarkan dan memahami satu sama lain.”
Baik Moskow maupun Washington berkomitmen untuk segera menunjuk duta besar di masing-masing ibu kota serta bekerja menuju penghapusan hambatan yang mengganggu operasional kedutaan mereka.
Perundingan bilateral yang bertujuan menormalkan hubungan diplomatik itu juga membahas upaya mengakhiri perang di Ukraina, selain pemulihan konsultasi mengenai tantangan geopolitik, serta penghapusan hambatan terhadap kerja sama ekonomi kedua negara.
Sayangnya, perundingan tersebut tidak melibatkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Dalam perkembangan upaya damai baru-baru ini, beberapa pihak memberikan respons mereka dalam rangka mendukung penyelesaian konflik.
Berikut adalah informasi terbaru terkait upaya penyelesaian perang Ukraina-Rusia, dikutip dari berbagai sumber.
1. Gedung Putih: Perdamaian Rusia-Ukraina akan terwujud minggu ini
Presiden AS Donald Trump yakin kesepakatan untuk mengakhiri perang di Ukraina dapat dicapai dalam beberapa hari ini.
Hal itu disampaikan Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt, di Washington DC, Sabtu (22/2).
"Saat ini Presiden, timnya sangat fokus pada negosiasi lanjutan dengan kedua belah pihak dalam perang ini untuk mengakhiri konflik. Dan presiden sangat yakin kita dapat menyelesaikannya minggu ini" kata Leavitt.
Leavitt juga mengatakan bahwa Menteri Keuangan Scott Bessent telah terlibat dalam diskusi tentang kesepakatan yang diusulkan oleh Ukraina untuk memanfaatkan mineral mentah.
"Sekretaris Bessent telah terlibat dalam negosiasi dengan Ukraina terkait hal itu," katanya.
2. Zelenskyy siap mundur demi perdamaian Ukraina
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Minggu (23/2) menyuarakan kesiapan untuk mundur dari jabatannya demi tercipta perdamaian di Ukraina dan bergabungnya negara itu sebagai anggota NATO.
"Jika perdamaian dapat terwujud bagi Ukraina, jika pengunduran diri saya benar-benar dibutuhkan, saya siap. Saya akan menukarnya dengan (keanggotaan) NATO jika syarat itu diusulkan. Tanpa penundaan," ungkap Zelenskyy dalam konferensi pers di Kiev.
Kiev sedang mencari jaminan keamanan alternatif, termasuk keanggotaan Uni Eropa (UE) untuk jaminan keamanan ekonomi dan pendanaan eksternal bagi militer Ukraina yang beranggotakan 800.000 personel jika Ukraina tidak diterima menjadi anggota NATO, urai Zelenskyy.
Pemimpin Ukraina tersebut menyampaikan bahwa dirinya akan menuntut jaminan keamanan yang jelas bagi Ukraina dalam kesepakatan mineral dengan Amerika Serikat.
3. NATO tegaskan kembali dukungan bagi Ukraina
Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pada Senin (24/2) menegaskan kembali dukungan aliansi militer tersebut terhadap Ukraina pada peringatan tiga tahun perangnya dengan Rusia.
"NATO akan terus mendukung dan berdiri bersama Ukraina," kata Mark Rutte di X, seraya menekankan vitalitas dalam memastikan perdamaian yang adil dan abadi.
Rutte mengatakan NATO telah mendukung Ukraina sepanjang perang agresi brutal Rusia untuk mempertahankan semangat merebut kebebasan, dengan memasok senjata, peralatan, dan pelatihan.
"Sekutu Eropa siap dan bersedia melakukan bagian mereka - termasuk dengan jaminan keamanan yang kuat dan lebih banyak bantuan keuangan," katanya.
Baca juga: Xi Jinping dan Putin bicarakan Ukraina
Baca juga: Perundingan damai Ukraina-Rusia
Baca juga: Trump baik dengan Putin, tidak dengan Zelenskyy
Baca juga: Ukraina objek atau subjek perundingan?
