Jakarta (ANTARA) - Ahli Moneter Cyrillus Harinowo menilai penurunan penjualan mobil di Indonesia bukan disebabkan lemahnya daya beli masyarakat, melainkan karena adanya faktor keraguan untuk membeli kendaraan.
Cyrillus, di Jakarta, Jumat, mengatakan kesimpulan tersebut ia ambil setelah mengulas perbandingan kinerja penjualan dari perusahaan besar di sektor lainnya di Indonesia, seperti ritel, elektronik, dan properti yang terus mengalami pertumbuhan setiap tahun.
"Isu mengenai daya beli yang mempengaruhi penjualan mobil, saya kira mungkin tidak terlalu valid. Saya merasa bahwa penurunan penjualan mobil itu lebih di-drive oleh keraguan orang-orang," ujar dia.
Menurut dia, masyarakat Indonesia tengah berada dalam fase 'wait and see' pengembangan teknologi mobil ke depan.
Saat ini pemerintah tengah menggencarkan penggunaan kendaraan listrik yang dinilai menjadi jalan utama menurunkan emisi di sektor transportasi sesuai Perjanjian Paris (Paris Agreement).
Padahal, menurutnya lagi, Indonesia memiliki berbagai alternatif jenis mobil untuk menurunkan emisi dan meningkatkan kepercayaan diri masyarakat.
"Kalau kita hanya melihat mobilnya saja, mobil listrik adalah mobil yang jempolan. Karena dia tidak mengeluarkan emisi," katanya pula. Seperti halnya mobil low cost green car (LCGC), mobil berbahan bakar etanol (flexy), hybrid, serta hidrogen.
Baca juga: ESDM: Kendaraan hidrogen masih tunggu regulasi
Baca juga: Kendaraan listrik Jetour X50e diperkenalkan di IIMS 2025